Anestesi & Distorsi Waktu Ngafal Al Quran

Dalam durasi 10 – 13 jam banyak yang membayangkan betapa melelahkannya apalagi hal itu dilakukan dalam program karantina sebulan. Namun ternyata persepsi mereka salah. Kebanyakan peserta justru mampu merasakan kenikmatan menghafal Al-Qur’an disertai tadabbur, biidznillah.

Bagaimana cara menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan merasakan ketenangan pikiran bersama tadabbur Al-Qur’an yaitu dengan seolah “memisahkan” antara body dan mind.

Contoh “body” seolah dipisahkan dari “mind” itu praktik anestesi lokal maupun anestesi secara keseluruhan.
Pernah ada seorang dokter yang takut disuntik kemudian ketika saya ajak ngobrol ngalor ngidul diam-diam saya tusuk tangan kanannya dengan jarum suntikan kosong yang steril tanpa terasa sakit.

Dokter itu bertanya apa mungkin bisa disuntik tanpa rasa sakit?

Silakan lihat tangan kanan Pak dokter. Barulah sejak itu pak dokter belajar hal baru baginya bahwa ternyata disuntik bisa tanpa rasa sakit. Dan menyuntik pasien atau pun khitan, pembedahan kecil tanpa repot pasien takut atau kesakitan.
 
Terkadang duduk ngaji terlalu lama membuat pinggang menjadi pegal-pegal, kepala pening, kesemutan, keram, mata berkunang-kunang, suara serak dan sebagainya namun setelah Peserta Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional menyadari bahwa Menghafal Al-Qur’an merupakan kenikmatan maka rasa pegal itu pun tak bisa dirasakan.


Waktu ngafal Al Quran sebulan di Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional terasa begitu cepat karena terjadi distorsi waktu. Sama halnya dengan Pak dokter yang tidak menyadari tangannya disuntik dengan jarum yang menembus daging lengan kanannya. Biidznillah.
 
Metodenya dengan sugesti pengalihan fokus merasakan kenyamanan Pikiran dan tubuh fisik.
 
Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
www.hafalquransebulan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *