Antara Kesulitan Nyata dan Persepsi Kesulitan Menghafal Qur’an. Banyak orang beranggapan bahwa menghafal Al-Quran merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya sehingga tidak pernah ada usaha serius untuk menghafalkannya. Prasangka tersebut menghantarkannya pada tidak adanya upaya sehingga hasilnya tidak ada hafalan Al-Quran yang diperoleh.
Sebaliknya, persepsi tentang mudahnya menghafal Al-Quran sebagai pembelajaran yang dijamin kemudahannya membuktikan adanya keimanan bahwa Al-Quran merupakan Kalamullah dan jaminan kemudahan tersebut dari Allah Subhanahu Wata’ala. Keimanan seperti inilah yang mengiringi proses seseorang terus menerus menghafalkan Al-Quran sehingga Al-Quran pun mampu dihafalkan dan dipahaminya.
Kesulitan menghafal Al-Quran harus dapat diidentifikasi sehingga dapat segera ditangani. Sepanjang waktu 7 tahun karantina tahfizh Al-Quran berdiri maka di sini kami merangkum bahwa ada beberapa penyebab mengapa seseorang kesulitan menghafalkan Al-Quran.
1. Prasangka bahwa menghafal Al-Quran susah dan kurangnya keimanan bahwa menghafal Al-Quran ini telah mendapatkan jaminan kemudahan bagi siapa pun yang benar-benar mempelajarinya.
2. Kurang mampu membaca Al-Quran sesuai tajwid sehingga bacaan yang dihafalkan terbata-bata atau terburu-buru. Adapun bacaan Al-Quran sesuai aturan tajwid dapat menunjang kemudahan dan kemurnian penjagaan hafalan Al-Quran.
3. Tidak mau meluangkan waktu khusus untuk menghafal Al-Quran. Keinginan hanya sekadar keinginan apabila tidak dieksekusi dalam tindakan maka tidak akan memperoleh hasil, kecuali hanya angan-angan saja. Karena itu, lakukanlah proses menghafal Al-Quran entah di rumah tahfidz, karantina tahfizh, tahfidz online, sekolah islam terpadu, maupun pondok pesantren.
4. Tidak menggunakan metode yang efektif yang berhasil dilakukan oleh mayoritas penghafal Al-Quran. Ciri hafalan Al-Quran yang mayoritas dilakukan oleh para ulama terdahulu, yaitu menghafal Al-Quran dengan tajwid yang baik dan benar; memahami alur makna ayat-ayat yang dihafalkan, memuraja’ah dalam bacaan shalat, sering menyimak hafalan dan hafalannya disimak di depan umum.
5. Menjaga kesehatan fisik, pikiran, perasaan, dan ruhiyah (ikhlas, sabar, syukur, istiqamah, dan menjaga suasana qalbu.
Apabila lima hal tersebut dilakukan dengan baik maka Insyaa Allah akan memperoleh hafalan Al-Quran.
Antara kesulitan nyata dan persepsi kesulitan menghafal Al-Qur’an harus diperbaiki dimulai dari niat, pikiran, perasaan, tindakan, kebiasaan, karakter, dan pengondisian lingkungan.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Licensed Practitioner Neuro Linguistic Programming