Apa Itu Al-Quran dan Bagaimana Sampai Pada Kita?
Semua muslim pasti mengetahui Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Apabila ditanyakan kepadanya pasti jawabannya adalah kitab suci umat Islam. Akan tetapi, kalau kita jabarkan lebih jelas lagi maka akan didapatkan definisi Al-Quran yang lebih lengkap di sini.
Arti kata Qur’an dan apa yang dimaksud dengan Al Qur’an. “Qur’an” menurut bahasa berarti “bacaan”. Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti yang tersebut dalam ayat 17,18 surat (75) Al Qiyaamah:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Terjema: “Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”
Kemudian dipakai kata “Qur’an” itu untuk Al Qur’an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur’an adalah: “Kalam Allah swt. yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan membacanya adalah ibadah.
Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nabi selain Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dinamakan Al Qur’an, seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as atau injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
Demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur’an
Ustadz Fatihuddin dalam buku Sejarah Ringkas Al-Quran, menceritakan mengenai cara-cara Al Qur’an diwahyukan atau bagaimana Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:
- Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi saw. tidak melihat sesuatu apapun, beliau hanya merasa bahwa itu sudah berada dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: “Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku”, (lihat surat (42) Asy Syura ayat (51).
- Malaikat menampakan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
- Wahyu datang kepada dirinya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta.
- Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: “Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turun- nya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa”
- Malaikat menampakan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur’an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ
Terjemah: “Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua).
Ketika (ia berada) di Sidratul Muntaha.
Berikut ini hikmah Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur.
1 Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun
2 bulan 22 hari. Hikmah Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur itu ialah:
- Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dari riwayat ‘Aisyah r.a.
- Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan sekaligus. (Ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).
- Turunnya suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
- Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik telah menanyakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an surat (25) Al Furqaan ayat 32 yaitu: sekaligus. mengapakah Al Qur’an tidak diturunkan kepadanya?” Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri:
Demikianlah, dengan (cara) begitu Kami menetapkan hatimu.
- Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.
Guru kami DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA berpesan, “Keberkahan Al-Qur’an akan turun kepada orang yang betul-betul cinta kepada Al-Qur’an, ikhlas dalam mengajarkan Al-Qur’an dan selalu berkhidmat kepada Al-Qur’an. Dia akan menemukan kepuasan dalam hidupnya. Bisa jadi karena kecukupan materi atau respeknya masyarakat kepadanya atau dianugerahinya sifat qanaah yang dengannya ia merasa dicukupi dengan pemberian Allah SWT, atau lainnya. Bukankah kebahagiaan hakiki itu terletak pada kepuasan hati dalam menjalani kehidupan”
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (فاطر : ٣٢)
”Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. Fatir: 32).
Berpesan pada diri penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Marilah kita berkomitmen dengan Al-Quran. Sebab Allah sudah memilih kita untuk diamanahkan Al-Quran. Belajar dan mengajarkan Al-Quran merupakan salah satu dari pengamalan Al-Quran. Apabila Al-Quran tidak diajarkan maka Al-Quran tidak akan sampai pada kita. Maka agar Al-Quran senantiasa lestari, Allah sudah mengamanahkan kepada kita semua untuk belajar mengajar Al-Quran. Semoga Allah menjadikan kita orang yang senantiasa berlomba untuk berbuat kebaikan. Aamiin.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Informasi dan Pendaftaran
Program Karantina Hafal Quran Sebulan
www.hafalquransebulan.com