Bagaimana Al-Quran Diturunkan dan Sampai Pada Kita?

Bagaimana Al-Quran diturunkan sampai pada kita? Penghafal Al-Qur’an Harus Mencari 3 Jenis Partner. Menghafal Quran sendirian merupakan hal yang sulit istikamah. Keberadaan partner tahfizh Al-Quran mutlak adanya. Apabila tidak ada partner yang komitmen biasanya kegiatan menghafal Al-Quran tidak akan bertahan lama. Kejenuhan, kebosanan, dan banyak alasan akan menerpa karena ketiadaan partner yang saling menguatkan.

Partner Tahfizh Al-Quran

Para penghafal Al-Quran hendaknya mencari 3 jenis partner untuk mendukung program tahfizh Al-Quran yang diikutinya. Partner tahfizh Al-Quran tersebut yaitu:

  1. Guru Tahfizh Al-Quran yang bacaannya fasih, teliti, komitmen, dan ikhlas.
  2. Teman sesama penghafal Al-Quran yang rajin menghadiri halaqah tahfizh.
  3. Murid junior yang siap untuk diajarkan dari hasil pembelajaran.

Guru tahfizh Al-Quran merupakan sosok orang yang sudah lebih dulu menghafal Al-Quran. Oleh karena itu, kita akan termotivasi karena guru kita sudah mampu menghafal Al-Quran dengan jumlah hafalan yang lebih banyak. Memodel guru Al-Quran yang sudah berhasil tentu akan mendapatkan gambaran dan bimbingan agar menghafal Al-Quran memungkinkan untuk tercapai.

Selain guru, faktor adanya teman sesama penghafal Al-Quran merupakan partner yang jumlah hafalannya sama atau tidak terlalu jauh. Saat ada partner teman sejawat maka akan terjadi perlombaan dalam kebaikan, yakni bersaing dalam menghafal Al-Quran. Persaingan ini bukan persoalan menang kalah, melainkan lebih pada sarana saling memotivasi agar bisa khatam lebih cepat, bacaan lebih indah, dan lebih lancar.

Walaupun hafalan Al-Quran Anda misalnya belum khatam 30 juz, sebaiknya tetap harus mencari murid untuk mengalirkan pahala jariyah menghafal Al-Quran. Murid sebagai sarana menguatkan hafalan Al-Quran. Pengulangan pada juz yang sama dari setiap murid merupakan media untuk muraja’ah menguatkan hafalan Al-Quran. Adanya murid menjadikan semangat untuk menghafal Al-Quran. Bisa jadi awalnya karena terdorong oleh kekhawatiran bahwa murid kita akan menyusul hafalan Al-Quran. Oleh karena itu, menghafal Al-Quran akan terdorong.

Penghafal Al-Quran harus mencari 3 jenis partner. Ketiganya harus ada. Apabila Anda punya murid tetapi tidak punya guru maka hafalan Al-Quran tidak dapat bertambah. Apabila ada guru tanpa adanya murid maka hafalan Al-Quran terus bertambah tetapi kurang muraja’ah. Apabila ada teman saja tetapi tanpa ada guru maka hafalan Al-Quran akan stagnan dan cenderung tidak ada yang mempersatukan komitmen. Oleh karena itu, penghafal Al-Quran harus mencari 3 jenis partner seperti yang sudah dibahas di awal.

Sosok guru tahfizh bukan sekadar mengajarkan bacaan Al-Quran dan hafalan Al-Quran. Beliau juga sebagai penasihat agar murid-murid memiliki niat menghafal Al-Quran ikhlas karena Allah. Benarnya niat akan membantu proses menghafal Al-Quran. Adapun kesalahan niat dapat menimbulkan kesia-siaan.

Tujuan belajar mengajar, yaitu agar ilmu-ilmu yang diperoleh dapat memberikan bermanfaat. Manfaat sesungguhnya yakni memudahkan urusan di dunia dan akhirat. Ilmu dari segala ilmu yang berkedudukan tinggi yaitu Al-Quran. Sebab Al-Quran Al-Karim merupakan inti sari dari dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Keutamaan Belajar Al Quran

Kelebihan membaca Al Quran tidak dapat ditandingi oleh bacaan apa pun di dunia ini. Di dalam Al-Quran terdapat petunjuk-petunjuk yang disampaikan Allah melalui nabi Muhammad untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Berikut ini hadits tentang Al-Quran adalah sebaik-baik ucapan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk urusan adalah perbuatan yang diada-adakan (dalam agama) dan semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim)

Pantaslah bahwa orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya maka akan mendapatkan pahala terbaik. Bahkan sebaik-baik manusia yaitu orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya. Sebaik-baik Manusia adalah Pelajar dan Guru Al-Quran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan  mengajarkannya” (HR. Bukhari).

Begitu pula orang yang mahir membaca Al Quran akan ditemani para malaikat. Orang yang belajar Al-Quran akan dihargai oleh Allah dan Rasulnya. Bahkan sekalipun level pemula dalam belajar sehingga bacaannya masih terbata-bata sekalipun masih mendapatkan penghargaan di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang lancar membaca Al Quran akan bersama malaikat utusan yang mulia lagi berbakti, sedangkan orang yang membaca Al Quran dengan tersendat-sendat lagi berat, maka ia akan mendapatkan dua pahala” (HR. Muslim).

Cara belajar Al Quran

Cara belajar membaca Al Quran dan menghafal Al Quran akan diajarkan oleh guru-guru Al-Quran. Hasil pembelajaran akan diajarkan lagi pada murid-murid. Adapun partner teman sejawat bisa merupakan tempat sharing pengalaman terbaik dalam mempelajari Al-Quran. Hendaknya setiap diri kita tidak mengeluhkan kesulitan menghafal Al-Quran pada teman sejawat dan murid-murid. Apabila ingin mengeluhkan atau berkonsultasi maka sebaiknya langsung pada guru-guru Al-Quran yang memungkinkan dapat menghadirkan solusi.

Belajar tajwid Al Quran dipelajari bersama guru. Huruf-huruf hijaiyah dan cara bacanya harus tepat sesuai dengan gurunya para guru-guru Al-Quran. Pengajaran langsung yang estafet sehingga sanadnya terus tersambung pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hukum tajwid dalam Al-Quran wajib dipraktikkan. Apabila membaca Al-Quran tanpa tajwid maka bisa jadi mengubah makna Al-Quran. Belajar tajwid harus bersama guru yang fasih secara langsung. Tidaklah mungkin dapat belajar tajwid melalui Youtube karena tidak adanya interaksi yang memungkinkan adanya koreksi. 

Keberadaan guru tajwid Al Quran dapat mengoreksi secara tepat bagaimana tajwid mad, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, ghunnah, waqaf dan ibtida’, serta berbagai bacaan gharib lainnya. Buku panduan tajwid bisa memperkaya khazanah keilmuan teori tajwid. Adapun cara membacanya tetap memerlukan sosok guru Al-Quran.

Tahapan Al-Quran Diturunkan

Tahfidz Quran merupakan program yang sakral. Kegiatan ibadah inilah yang dilakukan oleh Rasulullah bersama Malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu Al-Quran. Hafalan Al-Quran dimasukkan dalam dada Rasulullah kemudian diajarkan pada sahabat Nabi. Diantara sahabat Nabi juga saling menyimak hafalan Al-Quran mereka.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam tempo yang cukup panjang. Menurut satu riwayat alquran diturunkan secara berangsur angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai saat malam tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai dengan tanggal 9 Dzulhijjah saat Haji Wada` yakni tahun tahun 63 dari kelahiran Nabi bertepatan dengan tahun 10 H.

Proses penurunan Al Quran melalui 3 tahapan yaitu:

  1. Proses Al-Quran turun pada tahapan pertama yaitu dari Lauh Al Mahfuzh yang merupakan tempat segala catatan dan ketentuan yang pasti terjadi atas kehendak Allah. Proses penurunan ini disebutkan dalam Q.S. Al-Buruj surat ke 85 ayat 21 sampai 22, yang artinya, “Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh Al-Mahfuzh.” Terdapat pula pada Q.S.al-Waqi`ah (56) ayat 77—80, “Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.”
  2. Pada tahapan kedua diisyaratkan pula oleh firman Allah, bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh itu ke Bait Al-Izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini sebagaimana firman Allah Q.S Al-Qadar surat ke-97 ayat 1, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan.” Begitu pula diisyaratkan dalam Q.S. Surat Ad-Dukhan surat ke-44 ayat 3 yang artinya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”
  3. Selanjutnya tahap ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan kadang-kadang satu surat. Hal ini diisyaratkan dalam Q.S. Asy-Syu’ara’ surat ke-26 pada ayat 193–195 yang artinya, “…Dia dibawa turun oleh Ar-ruh Al-`Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” Proses Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur menyesuaikan dengan kebutuhan atau jawaban atas suatu peristiwa. Sejarah penyebab turunnya ayat Al-Quran disebut juga sebagai Asbabun Nuzul. Wahyu Al-Quran turun tidak secara sekaligus melainkan terkadang turun satu ayat dua ayat atau lebih. Terkadang wahyu Al-Quran turun tanpa melalui latar belakang kejadian tertentu. Peristiwa turunnya ayat Al-Quran mengandung hikmah yang besar. Berikut ini penjelasan Al-Quran itu sendiri dalam Surat al-Furqan surat ke-25 pada ayat 32, “Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).

Al-Quran Diturunkan Secara Berangsur

Ada banyak hikmah turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur. Berikut ini diantaranya:

  1. Seringkali Rasulullah berhadapan dengan para penentang sehingga Al-Quran dapat menjadi jawaban atas suatu pertanyaan dari para penentang dakwah. Hikmahnya yaitu dapat memantapkan hati Rasulullah saat berdakwah. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah dalam QS. Al-Furqan surah ke-25 ayat 32, “Berkatalah orang-orang yang kafir, “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). 
  2. Pertanyaan yang sulit dijawab oleh Rasulullah dapat dijawab dengan turunnya wahyu Al-Quran. Para penentang dakwah seringkali berusaha melemahkan dakwah Rasulullah namun Allah menguatkannya dengan turunnya wahyu Al-Quran dengan tepat waktu sesuatu momentumnya. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an sebagaimana Q.S. Al-Baqarah surat ke-2 ayat 23 dan 24. Dan ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan salah satu mukjizat Al-Qur’an yang tidak dapat dikalahkan.
  3. Penurunan Al-Quran secara berangsur-angsur memudahkan untuk dihafalkan. Terjadi kerinduan akan turunnya wahyu Al-Quran. Karena rindunya dengan bacaan Al-Quran maka Rasulullah ingin mengikuti bacaan wahyu yang disampaikan malaikat Jibril sebelum wahyu tersebut selesai dibacakan.  Karena itu, Allah berfirman pada surah Thaha surah ke-20 ayat 114, “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan diwahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” Begitu pula dalam Q.S. Al-Qiyamah surat ke-75 ayat 6 sampai 9 diwahyukan bahwa, “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” Saat itu, Al-Quran diturunkan di tengah masyarakat Arab yang ummi yakni tidak mengenal budaya baca tulis. Segala sesuatu dihafal sebagaimana mereka menghafalkan syair-syair. Sangat tabu apabila ada orang yang menuliskan syair. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dihafalkan dengan kuat. Adapun turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur dapat menguatkan hafalan Al-Quran, memudahkan mereka untuk memahami dan menghafalkannya.
  4. Al-Quran diturunkan mengikuti suatu kejadian. Al-Quran mengikuti tahapan penetapan inti sari kandungan Al-Quran. Tahapan penanaman aqidah yang benar, hukum-hukum syariat, dan akhlak mulia. Hikmah tersebut diisyaratkan dalam firman Allah, QS. al-Isra’ surah ke-17 ayat 106 yang artinya, “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” 
  5. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur mengandung hikmah dapat membuktikan dengan pasti bahwa Al-Quran turun dari Allah Yang Maha Bijaksana. Walaupun al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, tetapi secara keseluruhan, terdapat keserasian di antara satu bagian dengan bagian Al-Qur’an lainnya. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan Allah yang Maha Bijaksana.

Alhamdulillah kita dapat mengetahui peristiwa turunnya ayat-ayat Al-Quran melalui guru-guru Al-Quran. Entah mereka menceritakannya secara langsung, ceramah di Youtube, menuliskan dalam suatu kitab, atau menuliskan ilmu-ilmunya di website. Keberadaan guru yang dapat hadir secara langsung tentu dapat mengkonfirmasi ilmu pengetahuan yang didapatkan.

Peristiwa turunnya ayat-ayat Al-Quran bukan untuk dipertanyakan, melainkan untuk diimani sebagai salah satu bentuk keimanan kepada adanya Allah, adanya Malaikat atas perintah Allah, adanya Kitab-kitab sebagai kalamullah, adanya Nabi dan Rasulullah sebagai utusan Allah, juga adanya adanya berita yang dibawakannya yakni hari Kiamat dan Qada dan Qadar sebagai ketentuan dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Kesimpulan Al-Quran Sampai Pada Kita

Tanpa keberadaan guru, hampir mustahil ilmu bisa sampai pada generasi kita. Adapun kita yang sudah belajar dari guru maka sudah sepatutnya melanjutkan tongkat estafet agar ilmu pengetahuan tersampaikan pada generasi selanjutnya.

Sahabat Nabi yang menerima wahyu dari Nabi, antar sesama mereka seringkali saling menyimak bacaan Al-Quran. Hal ini dilakukan sebagai ibadah dan penjagaan kemurnian Al-Quran.

Bagaimana Al-Quran Sampai Pada Kita? Apabila disimpulkan maka Al-Quran turun dengan 3 tahapan:

  1. Kalamullah tersimpan di Lauh Mahfudz
  2. Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah
  3. Baitul Izzah kepada Muhammad Rasulullah

Tahapan ke-3 terjadi secara berangsur-angsur. Kita mengetahui hal ini melalui guru-guru kita yang mengajarkan Al-Quran.

Guru kita menjelaskan bahwa dari Nabi Muhammad mengajarkan kepada sahabat Nabi selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Begitu pula dari sahabat Nabi mengajarkan pada tabi’in dalam waktu yang panjang, kemudian tabi’in mengajarkan kepada tabi’ut tabi’in prosesnya tidak instan.

Para ulama terdahulu mereka belajar Al-Quran dengan penuh kesungguhan dan waktunya cukup panjang. Belajar Al Quran dengan cepat bukan berarti setelah belajar lalu berhenti belajar. Para ulama terdahulu mereka mampu menguasai belajar Al Quran dengan cepat namun hal itu dilakukan dalam jangka panjang sehingga ilmunya mumpuni. 

Lahirnya Program Karantina Hafal Quran Sebulan

Lalu, apa alasan adanya program menghafal Al-Quran sebulan?…

– Keterbatasan waktu;

– Keterbatasan biaya;

– Keterbatasan usia;

– Keterbatasan pengetahuan;

– dan sebagainya.

Upaya untuk mengatasi keterbatasan tersebut yaitu dengan cara belajar Al Quran termasuk praktik menghafal Al-Quran sebulan 30 juz kemudian muraja’ah seumur hidup. Pada akhirnya proses muraja’ah inilah memutqinkan hafalan dan pemahaman Al-Quran sambil aktivitas dalam kehidupan.

Boleh setuju, boleh tidak setuju. Kenyataannya Alhamdulillah kita tetap jalan terus walaupun ada pihak yang tidak setuju dengan program akselerasi tahfidz Al-Quran. Pihak yang tidak setuju itu pun ternyata memiliki niat baik, yakni agar setelah program Karantina Hafal Quran Sebulan 30 juz dapat dilanjutkan dengan muraja’ah. Intinya guru-guru kita setuju juga agar kita senantiasa belajar Al Quran.

YKTN Pusat saat ini telah meluluskan belasan ribu para penghafal Al-Quran. Berbekal mengontrak penginapan dan sewa hotel alhamdulillah dengan keterbatasan kegiatan bisa dilaksanakan. Alhamdulillah saving dana sudah dibelikan pada sebidang lahan tanah yang Insya Allah siap untuk dibangun. Harapan kami semoga dibangunnya fasilitas Pusat Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional dapat menjadi salah satu pondok pesantren terbaik di Indonesia.

Program unggulan di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional Kuningan Jawa Barat telah berjalan sejak tahun 2014 (7 tahun), dan hingga saat ini telah meluluskan alumni para penghafal Al-Qur’an sebanyak 11.467 orang, baik dari dalam maupun luar negeri serta telah berhasil mengembangkan kemitraan sistem Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional di 102 (Agustus 2021) lembaga se-Indonesia dan Malaysia. Namun hingga saat ini kami sebagai Pusat Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional Kuningan Jawa Barat belum memiliki fasilitas bangunan secara mandiri dan masih sewa. 

Selama ini Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Gratis terbatas hanya untuk anak-anak yatim dan dhuafa. Jumlahnya sangat dibatasi karena penyelenggaraan tahfidz Quran memerlukan cost yang cukup tinggi. 

Saat ini YKTN Pusat memerlukan bantuan, agar dapat mendirikan fasilitas Pusat Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional secara mandiri. Oleh karena itu, mengetuk hati para donatur wakaf atau sedekah online, mari investasikan dana untuk akhirat dalam dakwah Al-Quran. Tujuan wakaf yaitu menurut Undang-undang di Indonesia Pasal 5 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Dalil tentang wakaf, dalam Q.S Al Imran surah ke-3 ayat 92. Allah berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Wakaf menurut ahli fiqih yaitu praktik sedekah harta secara permanen dengan membekukan pemanfaatannya untuk hal-hal yang diperbolehkan syariat. Wakaf bisa dalam bentuk tanah, bangunan, atau benda-benda yang bersifat awet dan bermanfaat. Status wakaf ini menjadikan benda yang diwakafkan tersebut tidak boleh dijual atau dihibahkan, pengelolanya terbatas hanya mengatur pemanfaatan tanah tersebut untuk kemaslahatan umat yang biasanya dikelola oleh yayasan.

Kami mengajak kepada para Muhsinin dan kaum muslimin untuk mendulang pahala jariyah dan membantu percepatan pembangunan akses jalan sementara menuju Pusat Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional dengan menyalurkan donasi terbaik melalui:

Rekening Wakaf 

Bank Syariah Indonesia : 79999 54531 (kode bank 451)

(a.n.) Wakaf YKTN  

Konfirmasi donasi: 081312700400 

Atas partisipasi dan donasinya kami segenap keluarga besar Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional (YKTN Pusat) mengucapkan syukran jazakallah khair wa barakallahu fiikum.

Bagaimana Al-Quran diturunkan sampai pada kita? Ikutilah program Karantina Hafal Quran Sebulan.

Penulis: Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *