Definisi Ziyadah dan Muraja’ah dalam Menghafal Al-Quran

Menghafal Al-Quran adalah sebuah perjalanan spiritual dan intelektual yang membutuhkan dedikasi, ketekunan, dan metode yang efektif. Dua konsep penting dalam proses ini adalah ziyadah dan muraja’ah. Keduanya memiliki peran yang krusial dalam menjaga dan menambah hafalan Al-Quran.

Dalam artikel ini, kita akan membahas definisi ziyadah dan muraja’ah, serta bagaimana keduanya diterapkan dalam praktik sehari-hari para penghafal Al-Quran dalam konteks pembelajaran di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional, Jl. Caracas-Cibuntu Desa Caracas Kuningan Jawa Barat.

Ziyadah: Menambah dan Meningkatkan Hafalan

Kata ziyadah adalah berasal dari akar kata Arab زَادَ – يَزِيْدُ yang berarti menambah, meningkatkan, menumbuhkan, memperbanyak, mempertinggi, atau memperbesar. Dalam konteks menghafal Al-Quran, ziyadah merujuk pada proses menambah hafalan dengan menghafal ayat-ayat baru yang belum dihafal sebelumnya. Ini adalah langkah penting bagi para penghafal Al-Quran yang berkomitmen untuk menghafal keseluruhan teks suci.

Ziyadah melibatkan upaya meningkatkan hafalan dengan cara yang disiplin dan terstruktur. Dalam banyak program hafalan, ziyadah diatur dalam jadwal harian yang memungkinkan para penghafal Al-Quran untuk menambah hafalan mereka secara bertahap namun konsisten. Proses ini tidak hanya menuntut kemampuan mengingat yang baik tetapi juga membutuhkan konsentrasi dan dedikasi.

Muraja’ah: Menjaga dan Mengulang Hafalan

Muraja’ah adalah berasal dari kata مراجع yang akar katanya adalah راجع يراجع مراجعة yang artinya kembali atau berulang-ulang. Dalam istilah menghafal Al-Quran, muraja’ah adalah proses mengulangi atau membaca kembali secara rutin ayat-ayat Al-Quran yang sudah dihafal. Ini adalah aktivitas yang terus-menerus dan dilakukan berulang-ulang untuk menjaga ketahanan hafalan. Dalam bahasa Arab, terdapat makna mubalaghoh dalam kata tersebut, yang menunjukkan frekuensi tinggi dalam melakukan aktivitas ini.

Muraja’ah memiliki peranan yang vital dalam memastikan bahwa hafalan tetap kuat dan tidak hilang. Menghafal sebuah teks sakral seperti Al-Quran bukanlah tugas yang selesai begitu hafalan baru dikuasai. Sebaliknya, hafalan harus selalu disegarkan dan dijaga melalui pengulangan yang terus-menerus. Manfaat dari proses ini tidak hanya dalam menjaga hafalan tetapi juga meningkatkan pemahaman, kekhusyukan, dan kedalaman spiritual.

Implementasi Ziyadah dan Muraja’ah

Pada umumnya di pondok pesantren, proses ziyadah dilakukan beriringan dengan muraja’ah. Misalnya hari ini menghafal 1 halaman baru dan mengulang 20 halaman sebelumnya. Proses ini menekankan pada kualitas hafalan dan kuantitas pengulangan. Namun demikian karena ziyadah dilakukan 1 halaman per hari maka memerlukan waktu khusus antara 2 hingga 3 tahun. Waktu yang panjang inilah kemudian tidak memungkinkan bagi seorang yang sudah sibuk bekerja, berumah tangga, sekolah, kuliah, untuk dapat mencapai cita-cita mendapatkan hafalan Al-Quran.

Karena itu, kami mempopulerkan program Karantina Hafal Quran Sebulan yang menawarkan kesempatan unik bagi siapa saja yang ingin mempercepat proses menghafal Al-Quran. Program akselerasi ini meliputi berbagai level belajar seperti Tahsin, Tahfizh, Ziyadah, Muraja’ah, dan Mutqin, siap untuk diikuti oleh peserta dari segala usia, profesi, dan latar belakang. Peserta dapat memilih durasi belajar yang fleksibel, mulai dari 1 pekan, 2 pekan, hingga 3 bulan.

Di sini kita berfokus pada ziyadah hafalan terlebih dahulu kemudian muraja’ah kemudian yang biasanya bisa didapatkan dengan durasi hafalan 5-20 menit per halaman. Hal ini insyaa Allah dapat dicapai apabila hafalan tersebut memenuhi kriteria tulisan terbayang, terjemah dipahami, suara sesuai kaidah tajwid, dan urutan ayat sebelumnya sudah dihafal dengan tepat semasa karantina tahfizh.

Pelaksanaan ziyadah dan muraja’ah pasca karantina tahfizh memerlukan strategi yang efektif. Biasanya, para penghafal Al-Quran menerapkan beberapa metode untuk memaksimalkan kedua konsep ini dalam rutinitas sehari-hari mereka:

  1. Jadwal Rutin

Menyusun jadwal harian atau mingguan yang menetapkan waktu khusus untuk ziyadah dan muraja’ah adalah langkah pertama yang esensial. Bagi banyak penghafal, pagi hari sering menjadi waktu optimal untuk menghafal karena kondisi fisik dan mental yang segar.

Berbeda dengan sistem pendidikan Al-Quran di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional, di sini ada serangkaian sistem dan metodologi yang semuanya mendukung proses akselesari menghafal Al-Quran, misalnya: durasi halaqah 12 jam per hari, terdapat coaching dan konseling problem solving khusus bagi peserta yang belum mendapatkan kemudahan menghafal Al-Quran.

  1. Pembagian Materi

Untuk ziyadah, hafalan baru dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang dapat dicerna setiap harinya. Ini membantu dalam mengurangi beban dan stres, serta memungkinkan hafalan lebih mudah dikuasai. Hafalan Al-Quran per 1 halaman dikali 20 kali tasmi; 5 halaman dikali 10 tasmi’; atau 10 halaman dikali 2 sesi tasmi’. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan akselerasi setiap peserta.

  1. Teknik Pengulangan

Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional menerapkan Metode Yadain Litahfizhil Quran pada Al-Quran Yadain. Setiap pengulangan hafalan hendaknya bukan sekadar pengulangan suara melainkan harus sesuai kaidah tajwid, bacaannya dipahami terjemahnya, tulisan terbayang dalam memori, dan urutan kata-kata harus mengalir lancar supaya dapat ditasmi’ serta diberikan penilaian dengan standar nilai yang objektif. Berbagai pendekatan ini dapat membantu dalam memperkuat hafalan sehingga pada saat muraja’ah nantinya tidak seperti menghafal ayat baru.

  1. Kelompok Studi

Bergabung dalam kelompok studi atau memiliki mitra muraja’ah adalah cara efektif untuk meningkatkan motivasi dan memberikan umpan balik yang berguna. Terdapat halaqah tahsin yang fokus pada perbaikan bacaan Al-Quran serta halaqah tahfizh yang berfokus pada menambah hafalan. Selain itu, juga terdapat halaqah santri mutqin yakni muraja’ah dengan target mampu tasmi’ hafalan Al-Quran per 5 juz, 10 juz, 15 juz, dan 30 juz. Insyaa Allah.

  1. Doa dan Spiritualitas

Memperbanyak doa dan menciptakan suasana spiritual yang kondusif sangat penting dalam menjaga semangat dan motivasi. Doa orang tua dan keluarga sangat berarti bagi para santri tahfizh Al-Quran.

Manfaat Spiritual dan Psikologis

Selain manfaatnya dalam menghafal, ziyadah dan muraja’ah juga membawa dampak positif bagi jiwa dan pikiran. Menghafal Al-Quran mendekatkan kita pada nilai-nilai luhurnya, melatih disiplin, dan menenangkan hati. Setiap huruf yang diulang saat muraja’ah bernilai ibadah, menambah motivasi spiritual.

Selain itu, menghafal Al-Quran juga mengasah daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan berpikir. Banyak penghafal merasakan peningkatan kesehatan fisik dan mental, serta dampak positif dalam kehidupan sehari-hari.

Tantangan dan Solusi

Meskipun ziyadah dan muraja’ah adalah proses yang sangat bermanfaat, ada berbagai tantangan yang mungkin dihadapi oleh penghafal Al-Quran. Salah satu tantangan paling umum adalah kebosanan atau hilangnya motivasi. Menghafal teks yang panjang dan padat seperti Al-Quran memerlukan stamina mental yang kuat. Tausiyah ba’da shubuh dan kultum ba’da Ashar akan membantu mendongkrak motivasi dengan berbagai keutamaan bagi para penghafal Al-Quran yang ikhlas Lillahi Ta’ala.

Jika Sudah Punya Hafalan Sebaiknya Ziyadah dulu atau Muraja’ah?

Ziyadah dan muraja’ah adalah dua elemen komplementer yang mendasar dalam proses menghafal Al-Quran. Keduanya tidak hanya meningkatkan kemampuan menghafal tetapi juga memperdalam hubungan spiritual dengan ayat-ayat suci Al-Quran. Dengan disiplin, strategi yang tepat, dan semangat spiritual, setiap penghafal dapat meraih kemajuan signifikan dalam menghafal dan memahami Al-Quran.

Pembelajaran di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional menitikberatkan pada khatamkan terlebih dahulu hafalan 30 juz di hadapan guru, kemudian memuraja’ahnya secara mandiri dan tasmi’ muraja’ah lebih diutamakan di hadapan guru Al-Quran lagi.

Supaya Ziyadah dan Muraja’ah bisa konsisten maka hendaklah selalu berada dalam lingkungan para penghafal Al-Quran atau menciptakan lingkungan yang berkomitmen pada Al-Quran. Caranya ada 3 yaitu cari guru Al-Quran, cari murid yang siap diajarkan, cari partner muraja’ah untuk pengulangan.

Jadikanlah Al-Quran sebagai sahabat setia dalam perjalanan hidup kita. Dengan menghafal dan memahaminya, kita bukan hanya mendapatkan ketenangan dan pencerahan, tapi juga membangun benteng spiritual yang kokoh. Mari bersama-sama mendekatkan diri pada Kalam Ilahi, karena di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya bagi kehidupan dunia dan akhirat. Jangan tunda lagi, mulailah langkah pertama dan lanjutkan terus menuju keindahan hidup bersama Al-Quran! Semoga Allah memudahkan kita semua, Aamiin.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

Informasi dan Pendaftaran
https://www.hafalquransebulan.com

flyer-85-86-87

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *