Menghafal Al-Quran memerlukan motivasi yang kuat dan benar sehingga diharapkan setelah membaca hadits keutamaan tahfidz Al-Quran berikut ini, para pembaca akan semakin semangat menghafal Al-Quran.
Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits yang menyatakan tentang keutamaan Al-Qur’an, mempelajari, dan menghafalkannya. Supaya pembahasan ini lebih singkat maka berikut ini hanya ditampilkan sebagian hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang keutamaan Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah Sebaik-baik Ucapan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk urusan adalah perbuatan yang diada-adakan (dalam agama) dan semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim)
Sebaik-baik Manusia adalah Pelajar dan Guru Al-Quran
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).
Manfaat Syafa’at Al-Quran
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada pembacanya” (HR. Muslim).
Mahir membaca Al Quran akan Ditemani Para Malaikat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang lancar membaca Al Quran akan bersama malaikat utusan yang mulia lagi berbakti, sedangkan orang yang membaca Al Quran dengan tersendat-sendat lagi berat, maka ia akan mendapatkan dua pahala” (HR. Muslim).
Perumpamaan yang Baik karena Al-Quran
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah utrujjah; aromanya wangi dan rasanya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti buah kurma; tidak ada wanginya, tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti tumbuhan raihaanah (kemangi); aromanya wangi tetapi rasanya pahit, sedangkan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti tumbuhan hanzhalah; tidak ada wanginya dan rasanya pahit” (HR. Bukhari-Muslim).
Lebih Baik daripada Diberi Satu atau Dua Ekor Unta Besar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda kepada para sahabat:
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ . فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ .
قَالَ « أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ
وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ
“Siapakah di antara kalian yang suka berangkat pagi setiap hari ke Bathhan atau ‘Aqiq dan pulangnya membawa dua unta yang besar punuknya tanpa melakukan dosa dan memutuskan tali silaturahim?”
Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami suka hal itu.” Beliau bersabda: “Tidak adakah salah seorang di antara kamu yang pergi ke masjid, lalu ia belajar atau membaca dua ayat Al-Qur’an? Yang sesungguhnya hal itu lebih baik daripada memperoleh dua ekor unta, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta dan (jika lebih) sesuai jumlah itu dari beberapa ekor unta” (HR. Muslim).
Rahmat dan Ketenteraman akan Turun Saat Berkumpul Membaca Al Quran
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah berkumpul sebuah kaum di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya, kecuali akan turun ketenteraman kepada mereka, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah akan menyebut mereka ke hadapan makhluk di sisi-Nya” (HR. Muslim).
Membaca Satu Huruf Al-Qur’an Memperoleh Sepuluh Kebaikan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf” (HR. Tirmidzi).
Pembaca Al-Qur’an Ditinggikan Derajatnya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا
“Akan dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an “Bacalah dan naiklah (ke derajat yang tinggi), serta tartilkanlah sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, karena kedudukanmu pada akhir ayat yang kamu baca” (Hasan shahih, HR. Tirmidzi).
Allah Meninggikan Suatu Kaum dengan Al-Quran
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah meninggikan suatu kaum karena Al-Qur’an ini dan merendahkan juga karenanya” (HR. Muslim).
Orang yang Membaca Al Quran Secara Terang-terangan seperti Bersedekah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
اَلْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَ الْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ
“Orang yang membaca Al Quran terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-terangan, dan orang yang membaca Al Quran secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i).
Bagi orang yang khawatir riya’ lebih utama membacanya secara sembunyi. Namun jika tidak khawatir, maka lebih utama secara terang-terangan.
Para Penghafal Al-Qur’an Dimuliakan oleh Islam
Penghafal Al-Qur’an lebih berhak diangkat menjadi imam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Hendaknya yang mengimami suatu kaum itu orang yang paling banyak (hafalan) terhadap Kitab Allah Ta’ala (Al-Qur’an). Jika mereka sama dalam hafalan, maka yang lebih mengetahui tentang sunah.
Jika mereka sama dalam pengetahuannya tentang sunah, maka yang paling terdepan hijrahnya. Jika mereka sama dalam hijrahnya, maka yang paling terdepan masuk Islamnya –dalam riwayat lain disebutkan “Paling tua umurnya”-, janganlah seorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasaannya, dan janganlah ia duduk di tempat istimewa yang ada di rumah orang lain kecuali dengan izinnya” (HR. Muslim).
Mereka lebih didahulukan dimasukkan ke dalam liang lahad, jika banyak orang yang meninggal. Pada saat perang Uhud banyak para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang gugur, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar yang lebih didahulukan dimasukkan ke liang lahad adalah para penghafal Al-Qur’an.
Berhak mendapatkan penghormatan di masyarakat. Oleh karena itu, di zaman Umar bin Khaththab Radhiallahu ‘Anhu, para penghafal Al-Qur’an duduk di majelis musyawarahnya.
Berhak diangkat menjadi pimpinan safar. Imam Tirmidzi meriwayatkan dalam Hadits Hasan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengirim utusan beberapa orang, lalu beliau meminta masing-masing untuk membacakan Al-Qur’an, maka mereka pun membacakan Al-Qur’an.
Ketika itu ada anak muda yang ternyata lebih banyak hafalannya, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepadanya: “Surat apa saja yang kamu hafal, wahai Fulan?” Ia menjawab: “Saya hafal surat ini, itu dan surat Al Baqarah.” Beliau berkata: “Apakah kamu hafal surat Al Baqarah?” Ia menjawab: “Ya.” Maka Beliau bersabda: “Berangkatlah, kamulah pemimpinnya.”
Ketika itu ada seorang yang terkemuka di antara mereka berkata: “Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk mempelajari surat Al-Baqarah selain karena khawatir tidak sanggup mengamalkannya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ، وَاقْرَأُوْهُ فَاِنَّ مَثَلُ الْقُرْآنِ لِمَنْ تَعَلَّمَهُ فَقَرَأَهُ وَقَامَ بِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ مَحْشُوٍّ مِسْكًا يَفُوْحُ رِيْحُهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ
وَمَنْ تَعَلَّمَهُ فَيَرْقُدُ وَهُوَ فِي جَوْفِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ أُوْكِىَ عَلَى مِسْكٍ
“Pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah, karena perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya kemudian membacanya seperti kantong yang penuh dengan minyak wangi, di mana wanginya semerbak ke setiap tempat, dan perumpamaan orang yang mempelajarinya kemudian tidur (tidak mengamalkannya) padahal Al-Qur’an ada di hatinya seperti kantong yang berisi minyak wangi namun terikat.”
Tanda Cinta Kepada Allah adalah Mencintai Al-Qur’an
Ibnu Mas’ud berkata, “Barangsiapa yang ingin dicintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah: “Jika ia mencintai Al-Qur’an, berarti ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Thabrani dengan isnad, dan para perawinya tsiqah)
Utsman bin ‘Affan berkata, “Kalau sekiranya hati kita bersih, tentu tidak akan kenyang (membaca) kitabullah.”
Begitu banyak keutamaan yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi siapa saja yang mempelajari Al-Qur’an. Semoga ini akan menjadi dasar motivasi yang kuat untuk menghafal Al-Qur’an ikhlas hanya karena Allah SWT.
Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Sesungguhnya upah yang paling benar kalian terima adalah Kitabullah” (HR. Bukhari).
Ibnu Hajar mengatakan bahwa jumhur ulama telah berdalil dengan hadits ini di dalam membolehkan mengambil bayaran dari mengajarkan Al-Qur’an.
Imam ash Shon’ani mengatakan bahwa Jumhur ulama, Malik dan Syafi’i membolehkan mengambil upah dari mengajarkan Al Qur’an baik orang yang belajarnya adalah anak kecil atau orang dewasa seandainya hal itu dapat membantu si pengajar dalam pengajarannya berdasarkan hadits di atas.
Hal ini diperkuat lagi dengan apa yang disebutkan di dalam bab nikah di mana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah memerintahkan seseorang untuk mengajarkan istrinya Al Qur’an sebagai mahar baginya.
Semoga kita semakin terinspirasi dari hadits keutamaan tahfizh Al-Quran agar hanya berharap balasan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Aamiin.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Informasi dan Pendaftaran
www.hafalquransebulan.com
WA 081312700100