Kepentingan Memahami Hukum Tahfizh Al-Qur’an
Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam dan sumber hukum, memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Menghafal Al-Qur’an, sebuah tugas yang tidak semua orang mampu lakukan, jadi hukumnya fardu kifayah (kewajiban komunal) bagi umat Islam, menurut pandangan Abdurrahman As-Suyuti dalam Al-Itqan Fi Ulumil Qur`an.
Apabila dalam suatu kaum sudah ada penghafal Al-Quran maka hukumnya menjadi sunah. Namun karena keutamaan membaca dan menghafal Al-Quran begitu besar maka siapa pun umat Islam termotivasi untuk menghafalkannya.
Menghafal Al-Quran ini sunnah namun muraja’ah merupakan kewajiban individu. Sebagaimana dijelaskan pula oleh Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, bahwa lupa hafalan Al-Quran itu tidaklah berdosa melainkan melupakan mempelajarinya, melupakan membacanya, melalaikan muraja’ah maka itulah yang berdosa. Karena itu, tetaplah belajar dan mengajarkan Al-Quran sehingga kita tidak dinilai sebagai orang yang melupakan Al-Quran. Beliau memberikan perumpamaan, jika seseorang telah bersusah payah memancing ikan yang besar, lalu ikan itu terlepas, tentulah amat disayangkan.
Syarat-syarat dalam Tahfizh Al-Qur’an
1. Niat yang Ikhlas
Niat merupakan motor penggerak pencapaian tujuan. Dalam konteks menghafal Al-Qur’an, niat yang ikhlas berperan penting dalam mengatasi rintangan. Sebagaimana firman Allah dalam surah az-Zumar: 11, menyembah Allah dengan ketaatan yang murni adalah kunci sukses dalam menghafal Al-Qur’an.
2. Tekad yang Kuat
Menghafal Al-Qur’an adalah tugas yang agung. Oleh karena itu, diperlukan tekad yang kuat dan keinginan yang tidak goyah untuk mencapainya. Firman Allah dalam Surat Al Isra’: 19, menekankan pentingnya usaha sungguh-sungguh bagi orang yang beriman.
3. Keteguhan dan Kesabaran
Proses menghafal Al-Qur’an seringkali penuh dengan tantangan. Kesabaran dan keteguhan hati adalah modal penting dalam menjaga dan memelihara hafalan. Hadist Rasulullah SAW menggambarkan kesulitan dalam menjaga hafalan Al-Qur’an seperti menjaga unta yang terikat.
4. Tempat yang Representatif
Memilih lingkungan yang kondusif sangat penting dalam proses menghafal. Lingkungan yang mendukung, seperti berada di tengah-tengah orang-orang yang juga menghafal, dapat membantu memotivasi dan mempertahankan fokus dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an bukan hanya soal memenuhi kewajiban agama tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ke dalam hati dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pedoman kehidupan dan petunjuk keselamatan dunia akhirat.
Dengan niat yang ikhlas, tekad yang kuat, kesabaran, dan memilih lingkungan yang mendukung, proses menghafal Al-Qur’an dapat menjadi lebih mudah dan bermakna. Ini merupakan perjalanan spiritual yang membutuhkan komitmen dan dedikasi tinggi, tetapi hasilnya sangat berharga dan berdampak jauh dalam kehidupan seorang Muslim.
Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional menyediakan sarana dan prasarana yang Insya Allah memadai untuk pelaksanaan program Karantina Hafal Quran Sebulan dan program-program turunannya. Informasi dan pendaftaran www.hafalquransebulan.com
Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional