Indikator Pembelajaran Metode Yadain

Strategi pembelajaran metode menghafal Al-Qur’an melalui Metode Yadain Litahfizhil Qur’an agar Peserta Karantina Tahfizh lebih merata paham maka harus ada pengecekan untuk memastikan bahwa seluruhnya sudah memahami dan siap mengaplikasikan di Karantina menghafal Al-Qur’an Sebulan.

Karena itu harus dibuat indikator keberhasilan memahami metode Yadain Litahfizhil Qur’an dalam sistem Karantina Tahfizh sebelum terjun menghafalkan Al-Qur’an.

Berikut ini diantara indikator keberhasilan memahami Metode Yadain Litahfizhil Qur’an:

  1. Peserta mampu memahami terjemah Al-Qur’an secara global dengan cara mengklasifikasi bagian “kiri” atau bagian “kanan”. Baik itu siapa pelakunya?… Bagaimana sifatnya?…  Sebatas apa yang bisa dipahami tanpa menafsirkan sendiri.
  2. Peserta memahami bahwa kecepatan imajinasi tadabbur lebih cepat dibandingkan gerakan tangan sehingga dalam menghafal Al-Qur’an tanpa harus menggunakan gerakan lagi yang terpenting mengetahui bagian “kiri” atau bagian “kanan” sebagaimana dijelaskan dalam metodenya.
  3. Peserta mampu menghafal dengan sistem memotret 1 kata dihafalkan 1 kedipan mata sehingga 1 baris dihafalkan lancar dalam waktu 1 menit. Sehingga 1 halaman bisa dihafalkan dalam durasi paling cepat 5 menit/halaman sampai batas maksimal 420 menit/halaman.
    Lebih rinci sebagai berikut:
    Juz 30, 29, 28 : kurang lebih 3-7 jam/halaman
    Juz 1-5 : kurang lebih 1 – 2 jam/halaman
    Juz 6-10 : kurang lebih 30 – 60 menit/halaman
    Juz 11-18: kurang lebih 20 – 30 menit/halaman
    Juz 19-27: kurang lebih 5 – 20 menit/halaman
  4. Peserta memahami bahwa kemampuan akselerasi menghafal Al-Qur’an akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kosakata yang mirip atau sama.
  5. Peserta memahami 3 kondisi menghafal Al-Qur’an yang pasti ditemukan dalam proses menghafal Al-Qur’an yaitu dalam keadaan sulit hafal, banyak ayat mirip atau sama dan pada saat hafalan lancar disetorkan. Apapun keadaannya peserta merasa senang, bersyukur dan bahagia.
  6. Peserta memahami dan mengaplikasikan seluruh alasan mengapa ketika kesulitan menghafal Al-Qur’an harus bersyukur, senang dan bahagia.
  7. Peserta memahami bahwa banyaknya ayat yang mirip atau sama justru menjadi bonus akselerasi kemudahan menghafal Al-Qur’an.
  8. Peserta memahami dan meyakini bahwa 3 Juz hafalan yang disertai tadabbur terjemah Metode Yadain akan memudahkan 27 juz berikutnya.
  9. Peserta memahami bahwa usia terbaik untuk menghafal Al-Qur’an adalah pada saat masih hidup yaitu saat ini.
  10. Peserta memahami perbedaan antara membaca Al-Qur’an dengan tergesa-gesa dan bacaan Hadr (cepat) itu berbeda.
  11. Peserta memahami bahwa menghafal Al-Qur’an merupakan proses yang terus menerus seumur hidup.
  12. Peserta memahami sistem muraja’ah pasca Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional.
  13. Peserta memahami bahwa inovasi metode menghafal Al-Qur’an akan terus berkembang namun tujuan utama bukan pada metode melainkan aplikasi pada hafalan Al-Qur’an.
  14. Alumni Karantina Tahfizh mampu mengembalikan hafalan Al-Qur’an antara 5 menit s/d 20 menit per halaman untuk bisa disetorkan kembali muraja’ahnya.
  15. Alumni Karantina Tahfizh mempunyai kebiasaan menghafal Al-Qur’an dan Muraja’ah yang terus menerus.

Upaya angkatan berikutnya Insyaa Allah akan lebih teliti kembali sehingga tidak ada satu pun peserta karantina tahfizh yang tidak mengerti sistem dan metodenya.

Harapannya semuanya bisa mengerti dan diaplikasikan sehingga Insyaa Allah hasil Karantina Tahfizh bisa maksimal.

Ikhtiar tersebut yaitu dengan cara pembekalan metode tahfizh seluruh peserta secara masal misalnya 200 Peserta secara langsung. Setelah selesai kemudian besoknya dipilih 50 Peserta yang belum paham. Setelah selesai penguatan materi pembekalan metode kemudian dipilih 10 Peserta yang kurang paham. Kemudian pembekalan dan terapi khusus terhadap 3 orang yang belum bisa untuk ikhtiar supaya bisa.

Jika ada peserta yang belum mengerti bagaimana metode tadabbur Al-Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional mungkin pengajarnya harus lebih banyak belajar dan lebih teliti perhatian terhadap Peserta yang masih belum menemukan solusi kenikmatannya dalam menghafal Al-Qur’an disertai tadabbur terjemah.

Solusinya panggil satu persatu peserta karantina tahfizh kemudian Coaching khusus sampai tuntas. Lebih bagus lagi jika seluruh muhaffizh dan muhaffizhah mampu melakukan coaching penanganan kesulitan menghafal Al-Qur’an. Insyaa Allah.

Ada perasaan bahagia saat murid yang awalnya kesulitan menghafal Al-Qur’an kemudian dimampukan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk menikmati tadabbur terjemah Al-Qur’an sehingga semuanya ketagihan mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an.

Metode tahfizh hanya berfungsi sebagai ikhtiar wasilah kemudahan menghafal Al-Qur’an yang justru Al-Qur’annya sendiri sudah dijamin kemudahannya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
www.hafalquransebulan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *