Kemuliaan Bulan Sya’ban Dan Peristiwa Yang Terjadi Di Dalamnya

Allah menciptakan 12 bulan di muka bumi ini sebagai tanda dari kekuasaan-Nya. Pada setiap bulan yang diciptakannya pasti ada rahasia-rahasia yang tersirat. Dimana rahasia-rahasia tersebut yang harus manusia raih sebagai bentuk bersukur kepada-Nya. Sya’ban merupakan salah satu bulan yang telah diungkap ulama sebagai bulan yang penuh keberkahan.

Bulan Sya’ban merupakan bulan diantara Rajab dan Ramadhan, sehingga menjadi jembatan penghubung mata rantai kemuliaan menuju bulan Ramadhan. Sehingga seyogyanya kita semua menyiapkan jiwa dan raga kita untuk memasuki bulan suci Ramadhan, mulai dari materi, ilmu serta mental.

Bulan Sya’ban yang merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, sebab di dalamnya memiliki beberapa peristiwa yang penting dan bahkan terdokumentasikan di dalam Al-Qur’an Al-Karim. Dan peristiwa tersebut juga menandakan bahwa Allah SWT memuliakan bulan Sya’ban.

1.     Allah SWT menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Imam Syahab al-Din al-Qasthalani berkata bahwa beberapa ulama mengatakan bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, hal ini seiring dengan turunnya firman Allah Swt:

    إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  

“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”

 (QS Al-Ahzab: 56).

Mayoritas ulama, khususnya dari kalangan ahli Tafsir, sepakat bahwa ayat ini turun pada bulan Sya’ban. Dalam ayat ini ada tiga bentuk shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yakni shalawat yang disampaikan Allah SWT, shalawat yang disampaikan malaikat, dan (perintah) shalawat yang disampaikan kepada umat Rasulullah SAW.  

Akan tetapi makna bershalawat pada ayat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, sesuai dengan siapa yang bershalawat.

Abu Bakar al-Qusyairi berkata “Shalawat dari Allah kepada seseorang selain Nabi SAW adalah rahmah sedangkan shalawat kepadanya yaitu memuliakan dan menambahkan pujian untuknya”. Sedangkan pendapat Abu al-Aliyah, “Shalawat Allah kepada (Nabi Muhammad) berupa pujian kepadanya yang disampaikan melalui para malaikat sedangkan shalawat malaikat kepadanya (Nabi Muhammad) berupa doa (Imam Qadhi Iyad’h:2005:421).

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, dan beliau mengutip pernyataan Imam Bukhari yang menjelaskan bahwa kata “Allah bershalawat” bermakna Allah SWT memuji Nabi Muhammad SAW, “Malaikat bershalawat” berarti para Malaikat sedang berdo’a, sementara “kita bershalawat” selaras dengan pengertian mengharap berkah serta syafa’at dari Nabi kita Nabi Muhammad SAW.  

Definisi-definisi shalawat di atas menggambarkan Allah dan malaikat-malaikatnya terus memuji Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, kaum muslimin dianjurkan banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad baik di bulan sya’ban maupun di bulan-bulan lainnya. Imam Qadhi Iyadh menyatakan bahwa Shalawat kepadaNabi Muhammad itu wajib dengan ucapan tanpa dibatasi waktu. Karena sesuai dengan perintah Allah yang bershalawat kepadanya

Oleh karena itu, kedudukan Rasulullah SAW sangat mulia di alam semesta ini, bahkan beliau menjadi Sulthanul Anbiya (Rajanya para Rasul) dan sekaligus Khatamul Anbiya (penutup para Nabi).  Maka, sudah sepantasnya kita sebagai umatnya Rasulullah SAW yang masih dipertemukan dengan bulan Sya’ban yang mulia ini, untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

2.     Allah SWT menurunkan kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan.

Perintah untuk menjalankan puasa pada bulan Ramadhan turun tepat di bulan Sya’ban yaitu terjadi pada tahun kedua Hijriah. Maka tidak heran mengapa bulan Sya’ban menjadi penanda akan datangnya bulan suci Ramadhan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS Al-Baqarah: 183).

Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam al-Majmû‘ Syarah Muhadzdzab menjelaskan bahwa Rasululah menunaikan puasa Ramadhan selama sembilan tahun selama hidup, dimulai dari tahun kedua Hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun pada bulan Sya’ban. 

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menyebutkan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan keberuntungan, pasalnya pada bulan tersebut yaitu bulan diangkatnya amal-amal hamba Allah (Muhammad al-Maliki:1995:17). Telah dikisahkah di dalam hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zeid. Beliau berkata pernah Rasulullah ditanya oleh seseorang, “Wahai Rasulullah aku belum pernah melihatmu berpuasa sebulan penuh dari bulan-bulan yang ada, apakah kamu berpuasa di bulanSya’ban?” Rasulullah menjawab, “Bulan Sya’ban itu ialah bulan yang lalainya manusia, padanya antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulanitu pula adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kehadapan ilahi rabbi. Maka aku cinta amalku diangkat, dan disitulah aku berpuasa.”

Hadis tersebut telah mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad berpuasa sebulan penuh sebagai tanda amal yang baik. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengisahkan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali di bulanSya’ban, karena sesungguhnya ia berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Nabi bersabda: “Lakukanlah amal baik yang tidak membebankan kalian, sesungguhnya Allah tidak bosan memberikan pahala sampai kalian penuh dengan pahala tersebut”. Kemudian Nabi juga mencintai shalawat untuknya (shalawat Nabi) sebagaimana yang telah kalian sampaikan atasnya walau sedikit. Apabila seseorang bershalawat sekali maka Rasulullah akan sering menjawab salam atas shalawat tersebut.”

3.     Perpindahan Arah Qiblat Dari Masjidil Aqsa Ke Masjidil Haram

Bulan Sya’ban ialah dimulainya Ka’bah yang berada di dalam Masjidil Haram menjadi qiblat umat Islam yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha. Peristiwa ini perpindahan qiblat ini terjadi pada bulan Sya’ban dan ini menjadi sejarah penting bagi kita umat Islam, sebab menjadi penentu arah kita umat Islam menghadap ketika melakukan shalat 5 waktu. Dengan beralihnya qiblat dari Masjid Aqsha ke Ka’bah di Masjidil Haram, juga menjadi penanda bahwa kedua masjid tersebut merupakan qiblat umat seluruh manusia.

   قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ  

“Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram” (QS Al-Baqarah: 144).

Saat menafsirkan ayat ini, Imam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkâmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengalihkan qiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.

Qiblat merupakan bentuk persatuan bagi umat Islam dan tidak menandakan bahwa Allah SWT bertempat pada suatu tempat, sebab Allah SWT tentu ada di mana-mana dan tidak kemana-mana. Dan sesungguhnya umat Islam di seluruh dunia tidak menyembah Ka’bah melainkan hanya bersatu dalam ikatan keimanan.

Semoga kita diberikan kekuatan untuk dapat meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kita kepada Allah SWT serta menjalankan ibadah-ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan Sya’ban ini. Dan semoga Allah SWT memberikan keberkahan umur panjang kepada kita semua, sehingga pada akhirnya kita dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan tahun ini.

Syamsul Bahri
Sekretaris Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

www.hafalquransebulan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *