Kesalahan Umum dalam Komunikasi Dakwah

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sekaligus alat untuk berpikir. Kesalahan dalam berpikir banyak disebabkan dari kesalahan dalam komunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan uraian dari contoh kesalahan dalam penggunaan bahasa sehingga membuat dakwah tidak efektif.
 
Mungkin kata-kata di bawah ini sudah familier di telinga kita atau bahkan menuliskannya di media sosial. Sungguh kata-kata berikut ini merupakan perang pemikiran yang merusak Islam dari dalam. Misalnya ucapan berikut:
 
“Berjilbab tapi pacaran”
“Kaya banyak amal tapi sombong”
“Pakaian gamis tapi akhlak Fir’aun”
“Hafal Al-Qur’an tapi tidak shalat jama’ah”
“Rajin jama’ah tapi hobi suudzon”
“Rajin berdzikir tapi merokok”
“Rajin shalat tapi tidak berakhlak”
“Haji tapi tidak tidak tanggung jawab pada ortunya”
“Rajin ibadah tapi ibadah bid’ah”
“Poligami tapi tidak adil”
“Putra kyai tapi gaya preman asli”
“Lulusan pesantren tapi hobi ngutang riba”
 
Itu adalah contoh-contoh perkataan dalam komunikasi. Ini merupakan perbuatan zalim yang sering dikatakan oleh orang-orang yang mereka itu sadar atau pun tidak sadar sedang memperburuk keadaan umat.
 
Bersyukur dengan kecerdasan yang Allah Subhanahu Wata’ala anugerahkan kepada Anda sehingga saat ini Anda dimampukan oleh-Nya untuk menganalisis letak kesalahannya.
 
Mari kita telaah lebih lanjut.
“Berjilbab tapi pacaran”
(yang disalahkan jilbabnya?)
 
“Kaya banyak amal jariyah tapi sombong”
(yang disalahkan amal jariyahnya)
 
“Pakaian gamis tapi akhlak Fir’aun”
(yang disalahkan pakaiannya)
 
“Hafal Al-Qur’an tapi tidak shalat jama’ah”
(yang disalahkan Hafalan Al-Qur’annya)
 
“Rajin jama’ah tapi hobi suudzon”
(yang disalahkan shalat berjamaah)
 
“Rajin berdzikir tapi merokok”
(yang disalahkan dzikirnya)
 
“Rajin shalat tapi tidak berakhlak”
(yang disalahkan rajin shalatnya)
 
“Haji tapi tidak tidak tanggung jawab pada ortunya”
(yang disalahkan hajinya)
 
“Rajin ibadah tapi ibadah bid’ah”
(yang disalahkan rajin ibadahnya padahal bid’ah itu menurut siapa?… Madzhab apa?)
 
“Poligami tapi tidak adil”
(yang disalahkan poligaminya padahal poligami itu bagian dari ibadah)
 
“Putra kyai tapi gaya preman asli”
(yang disalahkan kyainya)
 
“Lulusan pesantren tapi hobi ngutang riba”
(yang disalahkan belajar di pesantrennya)
 
Sampai di sini para pembaca telah menyadari sepenuhnya bahwa menggabungkan perkataan baik dengan buruk itu justru merusak citra umat Islam.
 
Seolah yang suka ke masjid itu pelaku maksiat semua. Sehingga yang tidak ke masjid justru lebih baik?…
 
Seolah yang berjilbab itu rajin berdosa semuanya sehingga yang tidak berjilbab merasa lebih mulia?
 
Seolah yang poligami itu zalim semua padahal poligami itu salah satu bentuk ibadah?
 
Karena kebaikan tetaplah kebaikan dan keburukan tetaplah keburukan maka apresiasi kebaikannya dan ubah keburukannya.
 
Penulis tidak ingin berlebihan dalam pembahasan ini. Pembaca pasti sudah mampu menangkap esensinya. Bahwa mengatakan sesuatu yang baik ditempelkan sesuatu yang buruk itu sebagai salah satu bentuk penistaan terhadap kebaikan Islam.
 
Dalam sesi konseling yang saya lakukan terhadap ribuan klien, pola-pola bahasa yang saya sampaikan yaitu:
 
Accept and utilize
Pacing Leading
Reframing content
Reframing context
dan semua itu dilakukan dalam keadaan building rapport.
 
Cara pemahaman mudahnya:
 
Apresiasi kebaikannya kemudian manfaatkan kebaikan yang ada untuk memunculkan kebaikan-kebaikan berikutnya sehingga tidak sempat berpikir untuk keburukan. Berpikir keburukan saja tidak sempat sehingga tindakan yang dilakukan adalah kebaikan-kebaikan berikutnya.
 
atau
 
Mengapresiasi kebaikan-kebaikannya di masa lalu, menyesali dan mengabaikan kemaksiatannya di masa lalu kemudian bertobat saat ini dan bertekad mengubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan berpahala mulai saat ini ke depan sampai mati.
 
Contoh penggalan teks kultum :
 
“Bersyukur Allah Subhanahu Wata’ala memberikan hidayah berupa kenikmatan shalat berjamaah sehingga kita merasakan indahnya ajaran Islam agar senantiasa berbuat kebaikan dan menghindari keburukan.”
 
“Allah mengajarkan kepada kita melalui Rasul-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan penjelasan Rasulullah, bahkan ajaran ini dicontohkan oleh para shahabat, tabi’in tabi’ut tabi’in dan para ulama hingga kini kita menjalankan anugerah berupa kenikmatan iman dan Islam, alhamdulillah.”
 
Pembahasan berikutnya membahas mengenai kebaikan-kebaikan serta pahala dunia akhirat atas kebaikan yang dilakukan. Pembahasan keburukan-keburukan serta balasan keburukan di dunia dan akhirat atas keburukan yang dilakukannya.
 
Hindari pembahasan mengenai menempelkan kebaikan dengan keburukan dalam satu kalimat menggunakan kata penghubung tapi seperti contoh-contoh di awal sebab yang dosa tetaplah dosa dan amal baik tetaplah baik. Hindari menistakan kebaikan dengan perkataan tidak baik. Bahasa merupakan alat untuk komunikasi. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang tepat sangat diperlukan dalam memprogram pikiran manusia.
 
Sebagaimana uraian bahasa komunikasi yang sudah disampaikan di atas maka alangkah lebih baiknya bagian kesalahan tetaplah mendapat siksa dan bagian baiknya tetap mendapatkan pahala.
 
Pada akhirnya setiap amal buruk dan amal baik akan dihisab.
 
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ ﴿٦﴾ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ﴿٧﴾ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ ﴿٨﴾ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ ﴿٩﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ ﴿١٠﴾ نَارٌ حَامِيَةٌ ﴿﴾١١
 
Artinya:
 
“6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, 7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. 8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, 9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. 10. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? 11. (Yaitu) api yang sangat panas.” (QS. Al-Qari’ah: 6-11)
 
www.hafalquransebulan.com
 
Yadi Iryadi
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *