Hadits dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:
عَنْ عِمْرَانِ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، أَنَّهُ مَرَّ عَلَى قَاصٍ يَقْرَأُ ثُمَّ سَأَلَ، فَاسْتَرْجَعَ ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ فَلْيَسْأَلِ اللّٰهَ بِهِ، فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يَقْرَءُونَ القُرْآنَ يَسْأَلُونَ بِهِ النَّاسَ»
Artinya: “Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, dia melewati seorang tukang cerita yang sedang membaca Al-Qur’an untuk meminta-minta, lalu Imran membaca istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) kemudian berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an, hendaklah meminta kepada Allah dengannya. Sungguh akan datang beberapa kaum yang membaca Al-Qur’an untuk meminta-minta kepada manusia.'” (Hasan: Sunan At-Tirmidzi, Al-Mu’jam Al-Kabir Ath-Thabarani, dan Syu’abul Iman Al-Baihaqi).
Keutamaan Meminta kepada Allah dengan Al-Qur’an
Hadits ini memberikan pesan penting tentang keikhlasan dalam membaca Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan agar setiap orang yang membaca Al-Qur’an hendaknya meminta kepada Allah dengan Al-Qur’an, bukan untuk tujuan meminta-minta kepada manusia.
Berikut adalah beberapa poin penting yang bisa kita ambil dari hadits ini:
1. Keikhlasan dalam Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an harus didasari niat yang ikhlas semata-mata karena Allah. Niat yang ikhlas akan menjadikan bacaan Al-Qur’an sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan pahala yang besar. Allah berfirman dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
2. Meminta kepada Allah
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk hidup. Ketika membacanya, kita dianjurkan untuk memohon kepada Allah dengan bacaan tersebut. Permohonan yang ikhlas akan lebih didengar dan dikabulkan oleh Allah. Dalam Surah Al-Isra ayat 9, Allah menyatakan keutamaan Al-Qur’an:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra: 9)
3. Menjaga Martabat Al-Qur’an
Hadits ini juga mengingatkan kita untuk menjaga martabat Al-Qur’an. Menggunakan Al-Qur’an untuk meminta-minta kepada manusia adalah tindakan yang tidak pantas dan merendahkan kitab suci ini. Al-Qur’an harus dihormati dan dimuliakan dengan cara yang benar.
Hadits dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu mengajarkan kita pentingnya keikhlasan dalam membaca Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Membaca Al-Qur’an dengan niat yang ikhlas akan membawa banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, menggunakan Al-Qur’an untuk meminta-minta kepada manusia adalah tindakan yang tidak pantas dan harus dihindari.
Mari kita jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, memohon kepada Allah dengan bacaan kita, dan menjaga keikhlasan dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai sumber cahaya dalam kehidupan kita.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pembelajaran dan hafalan Al-Qur’an, Anda dapat menghubungi Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional di Kuningan, Jawa Barat, di nomor +6281312700100.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Informasi dan Pendaftaran
