Antara Hafalan dan Profesi: Ketika Pilihan Menjadi Dilema
Seringkali, kita mendengar anggapan bahwa menghafal Al-Quran identik dengan menjadi guru ngaji atau ustaz/ustazah. Seakan-akan, tak ada ruang bagi para penghafal Al-Quran untuk mengejar cita-cita lain di luar bidang keagamaan. Pandangan ini tak jarang menimbulkan dilema bagi mereka yang bercita-cita menjadi dokter, insinyur, pengusaha, atau profesi lainnya, namun juga memiliki hasrat mendalam untuk menghafal kitab suci.
Apakah benar menghafal Al-Quran menghalangi seseorang meraih cita-cita di bidang lain? Apakah menjadi seorang hafiz/hafizah berarti harus mengubur impian menjadi seorang profesional di bidang sekuler?
Mudir Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional Ustadz H. Ma’mun Al-Qurthuby, M.Pd., Al-Hafizh menyampaikan dalam tausiyahnya bahwa, “Menghafal Al-Quran ini bukan saja perkara akhirat. Melainkan juga akan menjadi keberkahan di dunia hingga akhirat. Nilai kebaikannya tidak dapat dibatasi dengan angka, melainkan kebaikan yang tidak terhingga.” Selanjutnya beliau membahas panjang lebar tentang keberkahan Al-Quran bahwa ada jalur-jalur istimewa untuk para penghafal Al-Quran yang mendapatkan beasiswa kuliah meskipun jalur akademik.
Pernyataan beliau tidaklah mengherankan sebab beliau telah melakukan penelitian ilmiah tentang topik hubungan antara prestasi menghafal Al-Quran dengan prestasi akademik. Mereka yang secara hafalan Al-Qurannya terbaik ternyata juga akademiknya baik. Simpulannya bahwa menghafal Al-Quran tidak lantas mengurangi prestasi akademik seorang murid.
Al-Quran dan Cita-Cita Profesi dalam Perspektif Luas
Mari kita telaah lebih dalam. Al-Quran bukanlah kitab yang membatasi, melainkan kitab yang membebaskan. Al-Quran mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang berilmu, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi sesama. Tak ada satu ayat pun dalam Al-Quran yang melarang umatnya untuk meraih prestasi di bidang apapun, selama dilakukan dengan cara yang halal dan baik.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruquthni).
Hadits ini menegaskan bahwa nilai seorang manusia terletak pada kontribusinya bagi sesama, bukan pada profesinya semata. Seorang hafiz/hafizah yang menjadi dokter, misalnya, dapat memberikan manfaat ganda: menyembuhkan penyakit fisik dan memberikan pencerahan spiritual.
Solusi Harmonis: Menghafal Al-Quran sebagai Bekal, Bukan Batasan
Menghafal Al-Quran bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan awal dari berbagai kemungkinan. Hafalan Al-Quran dapat menjadi bekal yang sangat berharga dalam menjalani profesi apapun. Seorang hafiz/hafizah yang menjadi pengusaha, misalnya, dapat menerapkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan amanah dalam bisnisnya.
Seorang hafiz/hafizah yang menjadi ilmuwan dapat menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia.
Selain itu, menjadi seorang hafiz/hafizah tidak berarti harus menjadi guru ngaji secara formal. Setiap muslim yang hafal Al-Quran memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan ilmu yang dimilikinya, minimal kepada keluarga dan lingkungan terdekatnya.
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari).
Menggapai Ridha Allah dalam Setiap Langkah
Pada akhirnya, tujuan utama kita dalam hidup ini adalah meraih ridha Allah SWT. Apapun profesi yang kita pilih, selama dilakukan dengan niat yang ikhlas dan cara yang benar, insya Allah akan menjadi amal ibadah yang bernilai di sisi-Nya.
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Allah SWT berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah beribadah kepada Allah. Dan ibadah tidak hanya terbatas pada ritual-ritual mahdhah, tetapi juga mencakup segala aktivitas yang dilakukan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Merajut Mimpi dalam Naungan Al-Quran
Menghafal Al-Quran dan meraih cita-cita bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, kita dapat meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
Bagi Anda yang bercita-cita menjadi dokter, insinyur, pengusaha, atau profesi lainnya, jangan ragu untuk menghafal Al-Quran. Jadikanlah hafalan Al-Quran sebagai bekal untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Ingatlah, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya.
Penutup: Merajut Mimpi, Meraih Berkah
Mari renungkan sejenak kisah inspiratif mereka yang telah meraih kesuksesan duniawi, namun menemukan kedamaian sejati melalui Al-Quran. Mereka yang menyadari bahwa kekayaan materi tak mampu mengisi kekosongan jiwa, akhirnya menemukan jawaban dalam lantunan ayat-ayat suci di tempat ini.
Tak peduli usia, profesi, atau latar belakang, pintu untuk belajar Al-Quran selalu terbuka lebar. Mari kita raih berkah dalam setiap langkah, dengan merajut mimpi dan prestasi duniawi bersama prestasi Al-Quran. Yakinlah, setiap usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah akan dibalas dengan limpahan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat.
Jadikanlah Al-Quran sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita. Dengan Al-Quran, kita dapat meraih kesuksesan yang hakiki, yaitu kebahagiaan yang abadi di sisi Allah SWT.
Berikut ini informasi pendaftaran belajar di tempat menghafal Al-Quran di Kuningan Jawa Barat www.hafalquransebulan.com
Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Fouder Metode Yadain Litahfizhil Quran