Surah Luqman adalah salah satu surah yang kaya akan hikmah dan pelajaran berharga. Untuk memahami makna dan pesan yang terkandung di dalamnya secara mendalam, kita perlu mengkaji munasabah atau korelasi antar ayat dalam surah ini. Dengan memahami hubungan antar ayat, kita dapat meresapi keindahan dan kedalaman makna Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Luqman1.
Mari kita telusuri munasabah ayat dalam Surah Luqman, mengungkap keterkaitan dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Munasabah Ayat 1-3: Pengantar Surah dan Karakteristik Al-Qur’an
الٓمٓ
تِلْكَ ءَايَٰتُٱلْكِتَٰبِ ٱلْحَكِيمِ
هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ
(1) “Alif Laam Miim.” (2) Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah, (3) sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Surah Luqman dimulai dengan huruf-huruf muqatha’ah “Alif Laam Miim” yang menunjukkan keagungan Al-Qur’an. Ayat 2 dan 3 kemudian menjelaskan karakteristik Al-Qur’an sebagai kitab yang penuh hikmah, petunjuk, dan rahmat2.
Korelasi antara ayat 1-3 ini memberikan gambaran awal tentang isi Surah Luqman yang akan banyak membahas tentang hikmah dan petunjuk bagi manusia. Hikmah dan petunjuk ini akan menunjukkan contoh keimanan, amal shaleh serta kebalikan dari perilaku baik.
Munasabah Ayat 4-5: Karakteristik Orang-orang yang Mendapat Petunjuk
ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُم بِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
(4) “(Yaitu) orang-orang yang melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan mereka meyakini adanya akhirat.
(5) ”Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ayat 4 dan 5 memiliki korelasi yang kuat dengan ayat-ayat sebelumnya. Jika ayat 2-3 menjelaskan karakteristik Al-Qur’an, maka ayat 4-5 menggambarkan karakteristik orang-orang yang menerima petunjuk dari Al-Qur’an tersebut. Ini menunjukkan bahwa petunjuk Al-Qur’an akan efektif bagi mereka yang memiliki kualitas iman dan amal saleh.
Munasabah Ayat 6-7: Peringatan terhadap Kesesatan
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايَٰتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِىٓ أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
(6) “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
(7) “Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya; maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.”
Ayat 6 dan 7 memiliki korelasi yang kontras dengan ayat-ayat sebelumnya. Jika ayat 4-5 menggambarkan orang-orang yang mendapat petunjuk, ayat 6-7 menjelaskan tentang mereka yang menolak petunjuk dan bahkan menyesatkan orang lain. Ini menunjukkan bahwa ada dua kelompok manusia: yang menerima petunjuk dan yang menolaknya.
Munasabah Ayat 8-9: Balasan bagi Orang-orang Beriman
إِنَّ ٱلَّذِينَءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلنَّعِيمِ
خَٰلِدِينَ فِيهَا ۖ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقًّا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
(9) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan. Mereka kekal di dalamnya, sebagai janji Allah yang benar. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Ayat 8 dan 9 kembali kepada tema orang-orang yang beriman, menunjukkan korelasi dengan ayat 4-5. Namun, disini dijelaskan lebih lanjut tentang balasan yang akan mereka terima di akhirat. Ini menegaskan bahwa iman dan amal saleh tidak hanya membawa petunjuk di dunia, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat.
Munasabah Ayat 10-11: Tanda-tanda Kekuasaan Allah
خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
هَٰذَا خَلْقُ ٱللَّهِ فَأَرُونِى مَاذَا خَلَقَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦۚ بَلِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
(10) “Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”
(11) “Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh (sesembahan) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.”
Ayat 10 dan 11 memiliki korelasi dengan ayat-ayat sebelumnya dalam hal menunjukkan bukti-bukti kekuasaan Allah. Jika ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang petunjuk Al-Qur’an, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa alam semesta juga merupakan “kitab” yang menunjukkan kebesaran Allah. Ini memperkuat argumen bahwa hanya Allah yang layak disembah.
Munasabah Ayat 12-19: Nasihat Luqman kepada Anaknya
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
(12) “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.””
Ayat 12-19 memiliki korelasi yang kuat dengan ayat-ayat sebelumnya. Jika ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang petunjuk Al-Qur’an dan tanda-tanda kekuasaan Allah, maka ayat-ayat ini memberikan contoh konkret bagaimana hikmah dan petunjuk itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui nasihat Luqman kepada anaknya.
Nasihat Luqman mencakup berbagai aspek, termasuk:
- Bersyukur kepada Allah SWT (ayat 12)
- Larangan menyekutukan Allah (ayat 13)
- Berbakti kepada orang tua (ayat 14-15)
- Kesadaran akan pengawasan Allah (ayat 16)
- Melaksanakan shalat, amar ma’ruf nahi munkar, dan sabar (ayat 17)
- Tidak bersikap sombong (ayat 18-19)
Semua nasihat ini memiliki korelasi dengan tema-tema yang telah disinggung sebelumnya, seperti iman, amal saleh, dan petunjuk Allah.
Berikut ini redaksi ayat 12-19:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
( 12 ) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
( 13 ) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
( 14 ) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
( 15 ) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
( 16 ) (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
( 17 ) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
( 18 ) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
( 19 ) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Munasabah Ayat 20-21: Nikmat Allah dan Kesesatan Manusia
أَلَمْ تَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِى ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَٰبٍ مُّنِيرٍ
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ أَوَلَوْ كَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ
(20) “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
(21) Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah!” Mereka menjawab, “(Tidak!) Tetapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (neraka)?”
Ayat 20 dan 21 memiliki korelasi yang kuat dengan ayat-ayat sebelumnya, khususnya ayat 10-11 yang berbicara tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Ayat 20 memperluas pembahasan tentang nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ini menegaskan kembali tema syukur yang telah disinggung dalam nasihat Luqman (ayat 12).
Ayat 21 menunjukkan kontras antara nikmat Allah yang berlimpah dengan sikap sebagian manusia yang tetap membantah keesaan Allah. Ini memiliki korelasi dengan ayat 6-7 yang juga berbicara tentang orang-orang yang menolak petunjuk Allah. Perbedaannya, ayat 21 lebih spesifik menjelaskan alasan penolakan mereka, yaitu taklid buta terhadap tradisi nenek moyang.
Munasabah Ayat 22-24: Berserah Diri kepada Allah dan Konsekuensinya
وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ
وَمَن كَفَرَ فَلَا يَحْزُنكَ كُفْرُهُۥٓ ۚ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ فَنُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوٓا۟ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَىٰ عَذَابٍ غَلِيظٍ
(22) “Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.
(23) Dan barangsiapa kafir, maka kekafirannya janganlah menyedihkanmu (Muhammad). Hanya kepada Kami tempat kembali mereka, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
(24) Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras.”
Ayat 22-24 memiliki korelasi yang erat dengan ayat-ayat sebelumnya, terutama dalam hal konsekuensi dari pilihan manusia untuk beriman atau kufur. Ayat 22 menggambarkan keadaan orang yang berserah diri kepada Allah, yang sejalan dengan karakteristik orang beriman yang disebutkan dalam ayat 4-5.
Ayat 23-24 berbicara tentang orang-orang kafir, yang memiliki korelasi dengan ayat 6-7 dan 21. Namun, disini ditambahkan pesan penghiburan kepada Nabi Muhammad SAW untuk tidak bersedih atas kekafiran mereka, karena Allah yang akan menghisab mereka. Ini menunjukkan bahwa tugas seorang da’i hanyalah menyampaikan, bukan memaksa orang untuk beriman.
Munasabah Ayat 25-30: Bukti-bukti Kekuasaan Allah
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
(25) “Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
Ayat 25-30 kembali membahas tentang bukti-bukti kekuasaan Allah, yang memiliki korelasi kuat dengan ayat 10-11. Namun, di sini penekanannya lebih pada mengungkap inkonsistensi orang-orang musyrik yang sebenarnya mengakui Allah sebagai pencipta, tetapi tetap menyekutukan-Nya.
Ayat-ayat ini juga memperkuat argumen tauhid yang telah disinggung dalam nasihat Luqman kepada anaknya (ayat 13). Ini menunjukkan bahwa pengakuan terhadap kekuasaan Allah seharusnya membawa pada penyembahan yang tulus kepada-Nya.
Munasabah Ayat 31-34: Peringatan tentang Hari Kiamat dan Ilmu Allah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱخْشَوْا۟ يَوْمًا لَّا يَجْزِى وَالِدٌ عَن وَلَدِهِۦ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِۦ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلْحَيَوٰةُٱلدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu tentang Allah.”
Ayat-ayat penutup Surah Luqman ini memiliki korelasi yang kuat dengan keseluruhan tema surah. Ayat 31 mengingatkan tentang Hari Kiamat, yang sejalan dengan tema akhirat yang disebutkan dalam ayat 4. Ini juga memperkuat nasihat Luqman tentang kesadaran akan pengawasan Allah (ayat 16).
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
( 34 ) Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat 32-34 berbicara tentang keluasan ilmu Allah, yang memiliki korelasi dengan ayat-ayat sebelumnya tentang kekuasaan Allah. Ini menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki pengetahuan sempurna, termasuk tentang hal-hal gaib seperti Hari Kiamat. Tentang diturunkannya hujan menguatkan kembali ingatan hafalan ayat 10, kemudian pengetahuan tentang di dalam kandungan murajaah kembali ayat 14. Kemudian pada kalimat yang artinya “Dan tidak ada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Maka kita muraja’ah kembali ayat 15 tentang “Kemudian hanya kepada-Ku kembalimu, maka akan Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” dan Hal ini juga tentang ayat 28 bahwa menciptakan dan membangkitkan manusia bagi Allah SWT sama mudahnya.
Simpulan
Munasabah ayat dalam Surah Luqman menunjukkan keterkaitan yang erat antar ayat-ayatnya. Dari awal hingga akhir, surah ini konsisten membahas tema-tema utama seperti tauhid, hikmah, syukur, bukti-bukti kekuasaan Allah, dan pentingnya iman dan amal saleh. Korelasi antar ayat ini membantu kita memahami pesan Al-Qur’an secara lebih komprehensif dan mendalam.
Memahami munasabah ayat dalam Surah Luqman tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang Al-Qur’an, tetapi juga memperkuat iman dan mendorong kita untuk menerapkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur’an dan kemampuan untuk mengamalkannya.
Bagi yang ingin menghafal Al-Quran dan memahaminya, Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional menawarkan program pembelajaran yang komprehensif. Berlokasi di Jl. Caracas-Cibuntu, Caracas, Kec. Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 45551, pesantren ini tidak hanya fokus pada hafalan Al-Qur’an, tetapi juga pemahaman tadabbur Al-Quran.
Marilah kita tutup kajian ini dengan doa:
اللَّهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّينِ
Artinya:
“Ya Allah, pahamkanlah kami dalam (urusan) agama.”
Semoga Allah SWT memberikan hidayah, rahmat, dan pertolongannya kepada kita semua, Aamiin.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Informasi dan Pendaftaran