Orang Sunda Kesulitan Melafalkan F atau Huruf ف ?

Selama mendampingi calon penghafal Al Quran di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional terjadi pengalaman menarik saat menyimak bacaan Al-Quran. Karantina tahfizh berlokasi di kawasan Objek Wisata Cibulan Maniskidul Jalaksana Kuningan setiap bulan selalu diikuti oleh berbagai peserta yang alumninya kini tersebar di seluruh penjuru Indonesia, Malaysia, Australia, Jepang, Amerika dan berbagai negara lainnya.

Setelah pandemi Covid-19 aktivitas karantina tahfizh terus berlanjut dan didominasi oleh peserta lokal Se-Indonesia tanpa ada hambatan.

Makharijul Huruf Ayat – ayat Al-Quran Jangan Terpengaruh Bahasa Daerah

Sebagai seorang Muslim tentu semua ingin agar bacaan Al-Quran bisa fasih untuk menjaga kemurniannya. Bacaan yang fasih ini tidak terpengaruh oleh bahasa daerah mana pun.

Kali ini kita akan membahas mengenai makharijul huruf ayat-ayat Al-Quran yang biasa diucapkan oleh masyarakat Sunda. Peserta dari daerah lain misalnya Jawa, Madura, Lampung, Aceh, Bali, Banjarmasin, tidak kalah menarik untuk dibahas. Namun karena saya dari lahir berbahasa Sunda maka saya fokuskan pada bahasa yang biasa saya gunakan sehari-hari.

Tulisan ini bukan untuk membully masyarakat Sunda melainkan bagaimana agar kita dapat memperbaiki bacaan Al-Quran yang masih terpengaruh oleh bahasa daerah mana pun demi menjaga keaslian bacaan Al-Quran. 

Pitnah Mengapa Orang Sunda Kesulitan Melafalkan F atau Huruf ف ?

Beberapa orang mungkin heran bahwa, masyarakat Sunda cenderung kesulitan mengucapkan huruf F atau huruf ف?…

Biasanya masyarakat Sunda asli yang tidak pernah merantau ke luar dari daerah kelahirannya akan mengucapkan “F” dengan melafalkan “Ep” atau ف huruf bunyi ucapan “pa”. Demikian pula huruf ا (Alif) akan dibaca “Alip”. Ini merupakan bahasa Ibu yang sudah melekat dan perlu pembiasaan untuk diperbaiki dalam pelafalan huruf-huruf Hijaiyah Al-Quran.

Begitu pula huruf ز cenderung dibaca “Jai” dan huruf  ج diucapkan dengan bunyi “Zim” dengan makharijul huruf yang berbeda dari bacaan yang semestinya.

Demikian pula bahwa masyarakat Sunda juga cenderung menyamakan bunyi س, ث, dan ش dengan bunyi Sin, Sin, dan Sa. Adapun huruf ق dibunyikan dengan suara “Kop”. Juga huruf خ dengan diucapkan berbunyi “Ho”.

Kebiasaan Masyarakat Sunda dalam Pengucapan Huruf Al-Quran

Setelah diselidiki berdasarkan leluhur orang Sunda melalui aksara Sunda, jelas bahwa dalam abjad asli bahasa Sunda tidak terdapat huruf F, X, Z, Sy,  melainkan adanya huruf tersebut sebagai serapan dari bahasa lain (consonant for foreign word) dengan ejaan Fa, Qaf, Xa, Va, Za, Kha, Sya, yang tidak digunakan dalam komunikasi bahasa Sunda sehari-hari. 

Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan berbahasa Arab maka membaca Al Quran harus menggunakan pelafalan bahasa Arab yang fasih tanpa terpengaruh bahasa daerah mana pun. Aksara Sunda hendaknya tidak boleh mempengaruhi kebiasaan pengucapan huruf Al-Quran.

Nah uniknya lagi bahwa tidak semua orang Arab fasih karena mereka juga terpengaruh oleh bahasa daerah masing-masing. Satu-satunya cara agar bacaan Al-Quran bisa fasih sesuai dengan bacaan Rasulullah SAW yaitu dengan cara talaqqi bacaan Al-Quran di hadapan guru yang fasih bacaannya.

Terlebih bagi calon penghafal Alquran penting bagi kita agar memfasihkan terlebih dahulu bacaan Al-Quran agar dapat dihafal dengan bacaan yang baik dan benar. Al-Quran memiliki cabang ilmu untuk memperbaiki bacaan Al-Quran yaitu dengan istilah tahsin tilawah Al-Quran atau berasal dari kata yang bermakna tajwid.

Hayu urang diajar ngaos Al-Quran di www.hafalquransebulan.com ngafalkeun, sareng mugia tiasa ngamalkeun. Aamiin.

calon penghafal Al Quran di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Aksara Sunda

Yadi Iryadi, S.Pd.

Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran

Informasi dan pendaftaran
www.hafalquransebulan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *