Sebulan Target Ziyadah 30 Juz Tapi Tercapai 10 Juz, Apakah gagal?

Sebulan Target Ziyadah 30 Juz Tapi Tercapai 10 Juz, Apakah gagal?… Tidak ada kegagalan, yang ada adalah umpan balik begitulah kata para praktisi NLP. Atau yang lebih populer lagi menurut orang-orang bijak bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Keberhasilan biasanya tidak sekali melakukan langsung berhasil, melainkan dilakukan secara berulang-ulang sampai berhasil sehingga diketahui bagaimana cara efektif untuk mencapainya.

Cara ikhtiar untuk menghadapi suatu tujuan yaitu dengan memanfaatkan prinsip fleksibel terhadap berbagai cara yang memungkinkan untuk mencapai tujuan.

Istilah yang mudah dipahami yaitu dengan coba-coba sampai berhasil. Coba dulu, oh ternyata belum berhasil pakai cara A. Itu berarti Anda sudah berhasil mengetahui cara A yang tidak berhasil. Kemudian coba lagi cara B, eh mendekati berhasil. Coba terus dengan cara yang sedikit berbeda B+ dan akhirnya berhasil. Setelah berhasil dengan cara B+ coba lagi dengan cara C yang ternyata menjauhi dari hasil. Lalu kembali menggunakan cara B+ untuk kembali berhasil. Lakukan seperti halnya kalibrasi.

Oleh karena itu didapatkan pola bahwa:
Cara A : belum berhasil
Cara B : mendekati hasil
Cara B+ : berhasil
Cara C : menjauhi hasil
Maka kesimpulannya model yang didapatkan untuk berhasil yaitu B+

Fleksibilitas dalam ilmu NLP diistilahkan dengan T.O.T.E yaitu Test, Operate, Test, Exit; adalah siklus langkah yang didasarkan pada Computer Modelling.

Model T.O.T.E.

Apabila modeling ini dilakukan juga pada orang lain maka akan mendekati hasil yang sama. Selamat mencoba pada bidang apa pun. Metode Yadain Litahfizhil Quran dan Sistem Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional merupakan modeling dari percobaan TOTE.

Daripada coba-coba lebih baik lakukan sesuai dengan model yang sudah diaplikasikan oleh 11.000 orang dalam mengaplikasikannya.

Model tersebut, agar peserta mampu mencapai hafalan ziyadah dalam waktu sebulan 30 juz dan 3 bulan mutqin yaitu harus melakukan ikhtiar berikut ini:

1. Kemampuan membaca Al-Quran sesuai tajwid;
2. Disiplin mengikuti SOP Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional;
3. Menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritual;
4. Menerapkan Metode Yadain Litahfizhil Quran atau hafalan yang disertai bentuk tulisan. terjemah, dan urutan ayat.

Mohon para peserta karantina tahfizh tidak perlu menggunakan cara sendiri melainkan konsultasikan agar sesuai dengan pemodelan yang berhasil dilakukan oleh mayoritas alumni yang mempraktikannya.

Kebanyakan kendala utama dalam menghafal Al-Quran yaitu bacaan Al-Quran yang harus disesuaikan dengan tajwid menyita waktu untuk menghafal. Membuat keputusasaan secara mental dan spiritual. Menjadikan sakit fisik karena psikosomatis, lalu tulisan tidak terbayang, terjemah belum dapat dipahami meskipun terjemahnya dibaca. Terakhir yaitu saat setoran hafalannya tidak ada.

Peserta yang mengalami kesulitan menghafal Al-Quran harus diatasi. Jangan dibiarkan. Cara mengatasinya yaitu dengan memperbaiki beberapa hal berikut ini:

1. Pola pikir, prasangka, presuposisi, perbaiki NLL; hilangkan mental block;
2. Teori dan praktik membaca Al-Quran sesuai tajwid
3. Berlatih memori fotografi dan pemahaman tadabur kiri-kanan
4. Menyelesaikan problem dengan 7 pertanyaan sederhana
5. Mengubah submodality dari isi pikirannya

Semua kemudahan atas pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala dan ternyata apabila dikaji secara NLP ada pola-pola yang sama antara orang yang berhasil mencapai target program maupun berhasil mencapai target sesuai dengan potensi optimalnya.

Apabila ada peserta yang tidak mampu membaca Al-Quran, lantas sebulan mendapatkan ziyadah 3 juz dan bisa membaca Al-Quran, apakah itu kegagalan?…

Bagi saya itu keberhasilan yang patut disyukuri sebagai karunia dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Licensed Practitioner of NLP
www.karantinatahfizh.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *