Strategi Pendekatan Personal yang Efektif Memotivasi Hafalan Al-Quran
A. Motivasi Menghafal Al-Quran dan Takdir Manusia
Banyak ayat di Al-Quran dan hadits yang menjelaskan manfaat menghafal Al-Quran. Orang yang mengetahui hal ini tentu ingin belajar dan menghafalnya. Namun, meskipun banyak yang ingin menghafal, sering kali mereka menghadapi kesulitan untuk memulai dan mepertahankan motivasi.
Pada artikel ini penulis menyatakan bahwa, “Tidak ada strategi universal dalam memotivasi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, mengingat hal ini erat kaitannya dengan konsep hidayah dan pertolongan Allah, yang bersifat unik dan individual bagi setiap orang.”
Realitas ini mengakui bahwa setiap individu memiliki jalan dan cara yang berbeda dalam menemukan motivasi dan arah dalam hidupnya. Meski demikian, sebagai manusia, kita memiliki kewajiban untuk terus berusaha. Upaya ini tidak hanya penting dalam mencapai tujuan-tujuan pribadi, tetapi juga dalam memfasilitasi dan memperkaya perjalanan motivasi orang lain. Dengan mengakui perbedaan individual ini, kita dapat lebih efektif dalam memberikan dukungan, saran, dan motivasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing individu.
Pembahasan tentang motivasi dan konsep takdir menurut keyakinan Ahlussunnah Wal Jamaah sangat menarik. Konsep takdir dalam pandangan ini menekankan pada keseimbangan antara usaha manusia dan kehendak Allah. Ini merupakan topik yang mendalam dan multifaset.
Sebagai contoh bahwa surga dan neraka setiap orang sudah ditentukan sebagaimana dalam hadits Shahih Bukhari disebutkan:
Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman, telah menceritakan kepada saya Jarir dari Manshur dari Sa’ad bin ‘Ubaidah dari Abu ‘Abdurrahman dari ‘Ali Radhiallahu’anhu berkata,:
Kami pernah berada di dekat kuburan Baqi’ Al Ghorqad yang kemudian Nabi ﷺ mendatangi kami, lalu beliau duduk maka kami pun ikut duduk dekat beliau. Beliau membawa sebuah tongkat kecil yang dengan tongkat itu beliau memukul-mukul permukaan tanah dan mengorek-ngoreknya seraya berkata,:
“Tidak ada seorang pun dari kalian dan juga tidak satu pun jiwa yang bernafas melainkan telah ditentukan tempatnya di surga atau di neraka dan melainkan sudah ditentukan jalan sengsaranya atau bahagianya.” Kemudian ada seorang yang berkata,:
“Wahai Rasulullah, dengan begitu apakah kita tidak pasrah saja menunggu apa yang sudah ditentukan buat kita dan kita tidak perlu beramal? Karena barang siapa diantara kita yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka pasti dia sampai kepada amalan orang yang berbahagia, sebaliknya siapa diantara kita yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara maka pasti dia akan sampai kepada amalan orang yang sengsara.”
Maka beliau bersabda, “(Tidak begitu). Akan tetapi siapa yang telah ditetapkan sebagai orang yang berbahagia, dia akan dimudahkan untuk beramal amalan orang yang berbahagia dan sebaliknya orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang akan sengsara maka dia pasti akan dimudahkan beramal amalan orang yang sengsara.” Kemudian beliau membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala QS. Al Lail ayat 5 – 6 yang artinya: (“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga) “).
Demikian pula bahwa menghafal Al-Quran merupakan kehendak Allah Subhanahu Wata’ala bagi orang-orang yang dikehendakinya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Quran Surah Al-Insan ayat 29, 30, dan 31:
- Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.
- Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Dan memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.
Memahami tentang konsep takdir ini penting supaya kita bisa termotivasi untuk berdoa, berharap, dan bersedia menerima untuk melakukan amalan-amalan yang mengantarkan kita kepada kebahagiaan.
Dalam pandangan ilmu pengetahuan terdapat contoh pola pikir ekstreme:
- “Saya adalah pikiran, perasaan, dan tindakan saya. Semua itu terjadi secara alami dan otomatis, tidak bisa saya ubah dengan sengaja.” Ini menggambarkan pandangan deterministik, di mana individu merasa bahwa mereka adalah totalitas dari pikiran, perasaan, dan tindakan mereka, yang terjadi tanpa kendali sadar. Pola pikir ini mungkin membatasi karena mengabaikan kemungkinan pertumbuhan dan perubahan melalui kesadaran diri dan usaha.
- “Pikiran, perasaan, dan tindakan saya bukanlah diri saya yang sebenarnya. Itu semua adalah alat yang saya gunakan untuk berpikir, merasakan, dan bertindak.” Pendekatan ini menunjukkan pandangan lebih reflektif dan terpisah, di mana individu melihat pikiran, perasaan, dan tindakan sebagai alat atau aspek diri yang dapat mereka kelola dan kembangkan. Pola pikir ini lebih mendorong pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri.
Kedua perspektif ini menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana individu dapat memahami diri mereka dalam konteks takdir dan kehendak bebas. Masing-masing memiliki implikasi yang berbeda untuk motivasi dan bagaimana seseorang menghadapi tantangan dan peluang dalam hidup. Penting untuk diingat bahwa pendekatan ini tidak bersifat eksklusif dan banyak orang mungkin menemukan nilai dalam menggabungkan aspek-aspek dari keduanya dalam pemahaman mereka tentang diri dan dunia.
Astaghfirullah… Berpeganglah pada ajaran Islam Ahlus Sunnah Waljamaah yaitu manusia berusaha dan proses serta hasilnya merupakan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Begitu pula dalam motivasi dan memotivasi berkaitan dengan menghafal Al-Quran yang efektif. Semua berkaitan hidayah dan pertolongan-Nya. Namun upaya maksimal dari guru Al-Quran dan santri perlu dilakukan supaya motivasi menghafal Al-Quran bisa terus bertahan.
B. Pembahasan
Alhamdulillah, pengalaman kami sejak Juli 2014 membimbing santri-santri di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional dan mitra-mitranya, menemukan bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Perbedaan ini terjadi karena setiap orang memiliki perbedaan niat, identitas diri, pemahaman terhadap nilai-nilai Al-Quran, keyakinan mindset dan mitos tentang hafalan Al-Quran, perbedaan kemampuan belajar, perbedaan tindakan, perbedaan kebiasaan, perbedaan karakter individu dan perbedaan lingkungan dimana mereka menjalani kehidupan dan bertumbuh.
Materi artikel ini akan mengulas beberapa strategi yang dapat membantu memotivasi diri dalam menghafal Al-Quran, dengan mempertimbangkan bahwa setiap individu memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi cara mereka memotivasi diri.
1. Membuat Niat yang Kuat (Purpose)
Niat merupakan fondasi utama dalam proses hafalan Al-Quran. Niat yang kuat dan tulus dalam hati akan menjadi pendorong utama dalam menjaga motivasi dalam jangka panjang. Niat ini biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal terlebih dahulu kemudian menjadi dorongan dari dalam diri individu. Hal ini sangat terkait erat dengan urusan hidayah. Atau lebih tepatnya lagi kemauan untuk menerima hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala.
- Pentingnya Niat: Tekankan pentingnya niat yang tulus Lillahita’ala dalam menghafal Al-Qur’an.
- Dialog Personal: Lakukan dialog untuk memahami niat individu santri, mengakui perbedaan motivasi mereka serta mengarahkan mereka dengan persuasif untuk mengikhlaskan niat menghafal Al-Quran.
2. Membuat Identitas sebagai Penghafal Al-Quran (Identity)
Mengadopsi identitas sebagai penghafal Al-Quran membantu meningkatkan motivasi. Identitas ini memberikan rasa kepemilikan dan komitmen terhadap proses hafalan. Misalnya seperti gelar ‘Al-Hafizh’ atau Wisudawan Juz 30, Wisudawan Juz 1 dan seterusnya. Bisa juga gelar anggota ‘Tahfizh Takhassus’ atau identitas lain yang dapat memotivasi belajar Al-Quran lebih giat dibandingkan dengan orang lain.
- Akui Keunikan: Kenali dan hargai identitas serta latar belakang unik setiap santri dengan berbagai karakteristiknya.
- Pendekatan Personalisasi: Gunakan strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang. Motivasi seorang pelajar, mahasiswa, pegawai, pengusaha, pensiunan, imam masjid, dan sebagainya pasti berbeda-beda.
3. Mengetahui Nilai Manfaat dari Hafalan Al-Quran (Values)
Memahami nilai dan manfaat dari hafalan Al-Quran dapat memperkuat motivasi. Pengetahuan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pentingnya hafalan dalam kehidupan seorang Muslim/ah.
Mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan hadits atau mendengarkan ceramah dari guru-guru Al-Quran tentang keutamaan menghafal Al-Quran akan menaikkan motivasi menghafal Al-Quran. Mendengarkan ceramah di Youtube tentang keutamaan hafalan Al-Quran atau kisah sukses penghafal Al-Quran. Ini dapat meningkatkan motivasi menghafalkannya.
- Pendidikan Nilai: Edukasi tentang nilai dan keutamaan menghafal Al-Qur’an.
- Diskusi Grup: Fasilitasi diskusi tentang bagaimana nilai-nilai ini relevan dengan kehidupan mereka.
4. Menguatkan Keyakinan (Beliefs)
Penguatan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk menghafal Al-Quran sangat penting. Jangan biarkan keraguan menghalangi, dan percayalah bahwa setiap orang diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk menghafal Al-Quran.
Keyakinan ini berkaitan dengan mindset atau pola pikir yang membuat semangat menghafal Al-Quran atau pola pikir yang menghambat hafalan Al-Quran. Istilah kami yaitu pola pikir yang memberdayakan dan pola pikir yang memperdayakan.
- Mengubah Mindset: Bantu santri mengubah keyakinan bahwa menghafal Al-Qur’an sulit ini bisa menjadi mudah dengan berbekal keyakinan dan kemauan belajar.
- Penguatan Positif: Berikan penguatan dan bukti bahwa Allah memudahkan hafalan bagi yang bersungguh-sungguh. Orang yang tadinya kecerdasan biasa-biasa saja, begittu menghafal Al-Quran ternyata Allah tingkatkan kemampuan secara bertahap.
5. Meningkatkan Kemampuan (Capabilities)
Peningkatan kemampuan hafalan dapat dicapai melalui praktik dan pembelajaran teknik menghafal yang efektif. Konsistensi dan latihan rutin sangat penting dalam proses ini.
Peningkatan kemampuan tahsin tilawah Al-Quran yaitu bacaan Al-Quran sesuai dengan kaidah tajwid. Mempelajari terjemah Al-Quran dan meningkatkan kemampuan penerapan metode menghafal Al-Quran yang efektif.
- Pengembangan Kemampuan: Fokus pada pengembangan kemampuan tahsin, terjemah dan tahfizh. Lebih dalam lagi bisa mendalami tafsir dan Qiraat juga ulumul Quran lainnya.
- Pelatihan Terstruktur: Tawarkan sesi pelatihan dan latihan terstruktur untuk meningkatkan kemampuan tahsin, terjemah dan tahfizh.
6. Meningkatkan Tindakan (Actions)
Perubahan pikiran menghasilkan perasaan semangat, kemudian perasaan semangat mendorong untuk bertindak. Maka motivasi untuk bertindak bisa dimulai dari perubahan cara berpikir. Inilah hidayah yang ditindaklajuti dengan tindakan nyata.
Melakukan langkah konkret dalam proses hafalan, seperti menghafal beberapa ayat setiap hari dan secara bertahap meningkatkan jumlahnya, dapat membantu meningkatkan motivasi. Mengikuti program tahfizh Al-Quran di Rumah Tahfizh, Pondok Pesantren, atau bahkan mengikuti program akselerasi Karantina Tahfizh Al-Quran yang sudah memiliki lisensi mitra resmi dengan sistem dan metodologi yang efektif.
- Aktivitas Terencana: Dorong tindakan aktif dalam proses hafalan seperti menghafal secara rutin.
- Pembiasaan Aktif: Bantu santri membentuk kebiasaan tilawah, ziyadah, dan muraja’ah melalui kegiatan terjadwal.
7. Membuat Kebiasaan Baru (Habits)
Pembentukan kebiasaan baru dalam hafalan, seperti menghafal pada waktu yang sama setiap hari dan mengatur jadwal hafalan yang teratur, sangat mendukung dalam mempertahankan motivasi. Membiasakan diri membaca Al-Quran ‘One Day One Juz’, tilawah Fami Bisyauqin akan efektif membentuk kebiasaan tilawah sehingga muraja’ah bukan lagi beban.
- Pembentukan Kebiasaan: Bantu santri membentuk kebiasaan harian dalam membaca, mempelajari ulumul Quran dan menghafal Al-Qur’an.
- Pencatatan Kemajuan: Gunakan pencatatan atau jurnal untuk melacak dan menghargai kemajuan hafalan biasa disebut sebagai buku mutaba’ah untuk mencatat progres ziyadah dan muraja’ah hafalan Al-Quran.
8. Membangun Karakter (Character)
Karakter yang kuat mendukung konsistensi dan komitmen dalam proses hafalan. Hal ini meliputi keikhlasan, disiplin, kesabaran, ketekunan dan istiqamah.
- Pendekatan Berdasarkan Karakter: Sesuaikan teknik motivasi berdasarkan karakter individu santri, seperti: kesungguhan, kesabaran, tawakkal, rasa syukur, dan istiqamah (kontinyu).
- Pembinaan Karakter: Berikan bimbingan untuk mengembangkan karakter positif yang mendukung proses hafalan Al-Quran.
9. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Environmental Conditioning)
Lingkungan yang mendukung, seperti kelompok belajar atau komunitas hafalan, dapat memberikan motivasi tambahan serta sumber dukungan dan bimbingan.
Mitra-mitra Karantina Tahfizh Al-Quran merupakan lembaga pendidikan Al-Quran yang telah mendapatkan lisensi resmi dari Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional. Kami menyediakan lingkungan yang mendukung untuk akselerasi menghafal Al-Quran untuk level tahsin, tahfizh, muraja’ah dan program mutqin 30 juz. Hal ini sudah dirumuskan dengan ikhtiar sistem dan metodologi karantina tahfizh Al-Quran.
- Lingkungan yang Mendukung: Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk hafalan, termasuk dukungan dari guru dan sesama santri.
- Kegiatan Komunitas: Libatkan santri dalam kegiatan komunitas yang memperkuat motivasi dan semangat menghafal.
C. Metode Menghafal Al-Quran yang Efektif
Ada banyak metode menghafal Al-Quran dan semuanya itu baik. Adapun untuk akselerasi hafalan Al-Quran maka diperlukan metode yang efektif. Ciri khas dari metode efektif menghafal Al-Quran maka pada hafalan tersebut minimal mengandung 4 ingatan di bawah ini:
- Mengingat bentuk tulisan dalam ingatan.
- Mampu memahami tadabbur terjemah
- Mampu menghafal urutan kata-kata dari ayat-ayat Al-Quran
- Mampu membaca ayat-ayat Al-Quran sesuai kaidah tajwid.
Menghafal Al-Quran standar karantina tahfizh Al-Quran menggunakan Metode Yadain Litahfizhil Quran. Setiap santri atau peserta diberikan pembekalan metode Yadain terlebih dahulu sebelum mereka menghafalkannya dan mentasmi’kan hafalan Al-Quran di depan Muhaffizh/ah.
D. Penutup
Strategi efektif dalam memotivasi hafalan Al-Quran bervariasi untuk setiap individu. Karena itu gunakan semua strategi-strategi di atas tepat sesuai kebutuhan masing-masing individu santri. Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional dan mitra-mitranya telah mempraktikkan sejak tahun 2014. Adapun sebelum itu ujicoba metode sudah dilakukan sejak tahun 2007. Semoga materi artikel ini bermanfaat bagi mereka yang ingin meningkatkan motivasi dalam menghafal Al-Quran.
Referensi:
- Materi ini berdasarkan pengalaman praktik sistem dan metodologi sejak tahun 2014-2023 membimbing 13.305 santri Program Karantina Hafal Quran Sebulan di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional, Kuningan Jawa Barat.
- Sumber terkait Al-Quran, Hadits, dan motivasi diri dalam konteks Islam.
- Presuposisi Neuro Linguistic Programming (NLP) dan Neuro Logical Level (NLL) ‘ala Robert Dilts
Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Informasi dan Pendaftaran